Kamis, 28 November 2019

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

Gambar hasil untuk PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri paling baik melebihi orang lain. Faktor-faktor penyebab sikap kagum diri, diantaranya pujian yang diberikan kepada seseorang secara berlebihan dan tanpa mengindahkan tata cara yang ditetapkan syariat Islam dalam memberikan pujian kepada seseorang. Pujian tersebut mempengaruhi orang yang dipuji. Dia akan merasa mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Ini akan membuat orang yang dipuji merasa kagum pada diri sendiri. Tata cara atau etika memuji dalam syariat Islam ada tiga yaitu tidak boleh berlebihan, ditujukan untuk hal-hal yang benar dan tidak menimbulkan fitnah, yaitu membuat orang yang dipuji menjadi kagum pada dirinya sendiri. Apabila tata cara tersebut dapat dipenuhi, maka seseorang boleh memuji orang lain.


Dari Abdurahman bin Abi Bakrah dari ayahnnya menceritakan bahwa ada seseorang memuji orang lain dihadapan Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu bersabda, "Celaka engkau! Engkau memotong leher saudaramu." Rasulullah saw mengulangi beberapa kali perkataan tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Apabila engkau terpaksa harus memuji seseorang, hendaknya engkau berkata, 'Sepanjang yang aku ketahui tentang dia-dan Allah juga mengetahui tentang dia dan saya tidak dapat menyembunyikan dia dihadapan Allah-dia begini dan begitu.'"


Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kagum diri yaitu orang yang kagum diri hanya memperhatikan nikmat yang didapatinya tanpa memperhatikan Dzat yang memberikannya. Ia merasa nikmat tersebut didapatnya karena kepandaiannya, bukan karena pemberian Allah swt, seperti anggapan Qarun. Allah swt menceritakan perkataan Qarun mengenai harta yang dimilikinya dalam Al Qur'an, "Qarun berkata, 'Sesungguhnnya aku diberi harta itu hanya karena ilmu yang ada padaku.'" (QS al-Qashash: 78)


Orang yang kagum diri lupa atau pura-pura lupa bahwa segala kenikmatan yang diperolehnya semuanya hanya berasal dari Allah swt. Allah swt berfirman: Dan apa saja yang ada di langit dan di bumi, maka itu dari Allah (datangnya). (QS an-Nahl: 53) Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Lalu Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (QS an-Nahl: 78) Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari-Nya). (QS Fathir: 3)


Lalai atau tidak memahami hakikat diri dapat menyebabkan seseorang menjadi kagum diri. Seseorang yang kagum diri, tidak sadar akan hakikat dirinya, bahwa dirinya berasal dari air yang hina yang keluar dari tempat keluarnya air kencing, selalu berada di dalam kekurangan sepanjang hidupnya dan akan kembali ke dalam tanah menjadi bangkai. Selain tidak memahami hakikat dirinya, seseorang juga dapat menjadi kagum diri karena dia selalu mendapatkan penghormatan yang berlebihan dari masyarakat, yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, orang-orang berdiri cukup lama untuk menghormatinya, mencium tangan, menundukkan kepala mereka sampai berlebihan, berjalan dibelakangnya dan penghormatan yang berlebihan lainnya.


Seseorang yang mendapatkan ketaatan yang berlebihan dari orang lain, yang lepas dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Apapun kehendaknya selalu dipenuhi, baik kehendak tersebut baik atau buruk. Ini pada akhirnnya dapat menjadikan seseorang kagum diri. Rasulullah saw bersabda, "Wajib atas orang Muslim untuk taat (kepada pemimpinnya), suka atau tidak suka, kecuali jika ia diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah. Apabila seorang pemimpin memerintahkannya melakukan maksiat, maka dia tidak boleh mematuhinya.


Semoga Alloh menghindarkan diri kita dari sifat ini. Amin.

PENYAKIT HATI [SU'UDZON]

Gambar hasil untuk PENYAKIT HATI [SU'UDZON]
     Su'udzon yaitu perkiraan atau lintasan yang berbuah menjadi penyifatan terhadap orang lain dengan segala keburukan yang menimbulkan kedukaan pada orang itu tanpa disertai dengan bukti dan alasan. Dampak su'udzon diantaranya yaitu berkubang dalam berbagai kemaksiatan dan keburukan dengan dalih bahwa Allah swt tidak melihat dan tidak mengetahuinya. Firman Allah swt, "Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS Fushshilat: 23)


Atau dia berdalih bahwa dirinya tidak akan dibangkitkan dan tidak mengakui adanya hisab. Allah swt berfirman, "Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, 'Ini adalah hakku dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.' ... " (QS Fushshilat: 50)


Dampak buruk lainnya dari su'udzon yaitu menyepelekan suatu amal dari aneka amal kebajikan yang sudah dikenal, seperti amal menjenguk orang sakit, melayat jenazah, menjawab salam, memenuhi undangan, memberi nasihat, mendoakan orang yang bersin, menghormati tetangga dan amal-amal lainnya. Orang yang berburuk sangka melakukan amal-amal kebajikan seperti menyuruh kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, bersedekah, mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan dan amal-amal lainnya karena riya' dan menginginkan suatu keuntungan.


Islam mengharamkan berburuk sangka kepada Allah swt, Rasulullah saw dan kaum mukminin yang dikenal berperilaku shaleh, berakhlak istiqamah dan hidup dengan bersih. Allah swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa ... " (QS al-Hujurat: 12) Rasulullah saw bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kamu mati melainkan dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah Ta'ala." (HR Muslim)


Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan su'udzon, diantaranya karena pengaruh lingkungan yang masyarakatnya berakhlak buruk.Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan berteman dengan orang yang baik dan dengan orang yang buruk adalah seperti berteman dengan penjual parfum dan peniup api pada pandai besi. Jika kamu berteman dengan penjual parfum, maka boleh jadi kamu diolesi parfum atau minimal mendapatkan bau harum darinya. Adapun jika kamu berteman dengan peniup api, maka boleh jadi bajumu terbakar atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap." (HR Bukhari dan Muslim)


Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang bersu'udzon karena melakukan aneka kemaksiatan dan perbuatan buruk lainnya yang dilakukan secara terang-terangan. Rasulullah saw bersabda, "Seluruh dosa umatku dimaafkan kecuali dosa yang dilakukan secara terang-terangan. Termasuk terang-terangan ialah bila seseorang berbuat dosa pada malam hari, kemudian pada pagi harinya Allah menutupinya. Dia berkata kepada orang lain, 'Hai Fulan, semalam aku melakukan perbuatan ini dan itu.'" (HR Bukhari dan Muslim)


Berburuk sangka akan berakibat buruk, diantaranya terjerumus ke dalam aneka kemaksiatan dan keburukan. Akibat lainnya yaitu tidak beramal kebajikan dan tidak mengamalkan ketaatan. Menjadi sasaran kebencian kebanyakan manusia. Seseorang yang diketahui telah berburuk sangka dan ternyata sangkaannya itu hanya sekedar tuduhan yang tidak berdasarkan bukti dan argumentasi yang kuat, maka orang yang telah berburuk sangka tersebut akan dijauhi dan dibenci oleh orang lain. Ini merupakan sunatullah yang berlaku pada makhluk-Nya. Seseorang yang berburuk akan menerima kemurkaan Allah swt. Firman Allah swt, " ... Dan barangsiapa yang ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah dia." (QS Thaha: 81)


Penyakit berburuk sangka dapat diobati dengan membangun akidah yang sehat dan berdiri di atas landasan berbaik sangka kepada Allah, Rasulullah dan kaum mukmin yang sholih. Sikap berbaik sangka tersebut akan melindungi diri kita dari sikap berburuk sangka. Jika kita telah terlanjur berburuk sangka, segeralah bertobat. Meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan melakukan berbagai amal kebajikan secara terus menerus. Mendewasakan diri dengan berpegang teguh terhadap etika Islam dalam memutuskan persoalan dan menghukumi seseorang. Diantara etika Islam tersebut adalah berpegang teguh pada aspek lahiriah dan menyerahkan urusan batiniahnya kepada Allah swt.

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...