Rabu, 11 Januari 2012

Anda Akan Sukses Meraih Cita-cita, Asal…



Sukses meraih cita-cita, apalagi cita-cita besar adalah impian semua orang. Termasuk orang pesimis. Sebenarnya mereka memiliki cita-cita besar, namun karena sikapnya yang pesimis, mereka mengubur dalam-dalam cita-cita tersebut. Anda melupakan cita-cita Anda? Jika ya, silahkan baca artikel ini akan saya jelaskan bagaimana Anda bisa sukses meraih cita-cita Anda.
Metode yang akan dijelaskan sudah terbukti. Jika Anda mengikutinya, insya Allah Anda akan sukses meraih cita-cita Anda. Sebesar apa pun cita-cita Anda. Tidak usah pesimis, tidak usah takut.

Dua artikel sebelumnya sangat fundamental, Anda harus membacanya karena sangat berkaitan dengan artikel ini. Tentu saja artikel-artikel lainnya pun yang ditulis di Motivasi Islami sangat bermanfaat agar Anda sukses meraih cita-cita Anda.
Dua artikel terakhir tersebut adalah:
  • Anda Akan Menemukan Jalan Sukses
  • Mimpi Masa Kini Adalah Kenyataan Hari Esok
Pada kali ini saya akan membahas 3 syarat yang harus Anda miliki agar Anda tetap berusaha, tetap bertindak, dan tetap berjuang untuk meraih cita-cita Anda. Karena inilah kunci Anda mencapai cita-cita, yaitu tidak berhenti. Ketiga syarat dibawah ini akan menjadikan diri Anda tidak bisa dihentikan oleh apa pun dan siapa pun kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Menjaga Keyakinan Bahwa Anda Akan Sukses Meraih Cita-cita
Seperti disebutkan dalam ebook Beautiful Mind Power, ada 3 dimensi keyakinan yang harus Anda miliki dan jaga. Selama ketiga keyakinan ini Anda miliki, Anda tidak akan pernah berhenti, Anda akan tetap optimis, sehingga Anda akan tetap bergerak.
Apa ketiga dimensi keyakinan itu?
  1. Yakin kepada diri sendiri, bahwa Allah sudah memberikan potensi yang cukup untuk meraih cita-cita Anda.
  2. Yakin bahwa cita-cita Anda bisa Anda raih. Meski terlihat sulit dan berat, tetapi Anda harus yakin bahwa cita-cita itu mungkin digapai oleh Anda. Kriterianya mudah saja, jika ada orang lain yang sudah mencapainya (kecuali para Nabi), maka Anda akan bisa mencapainya.
  3. Yakin bahwa Allah akan membantu dan menolong Anda.
Menjaga Fokus Anda Pada Cita-cita
Saat Anda kehilangan fokus, sama saja Anda kehilangan energi. Bukan tidak ada energi, tetapi energi Anda akan menjadi buyar dan tidak cukup lagi untuk mencapai cita-cita Anda. Bagaimana pun hebatnya Anda, tetap saja manusia yang serba terbatas. Kita tidak bisa memiliki segalanya. Waktu dan sumber daya Anda terbatas. Untuk itulah Anda harus menjaga fokus Anda dalam meraih cita-cita.
Anda harus memiliki sistem agar Anda tetap fokus pada cita-cita Anda. Bisa saja itu adalah seorang mentor yang membimbing serta mengarahkan Anda pada cita-cita Anda. Bisa jadi gambar atau benda yang mengingatkan Anda untuk fokus pada tujuan. Atau apa pun yang bisa Anda lakukan agar Anda tetap fokus.
Tentu saja, yang dimaksud fokus disini bukan berarti harus melupakan hal lain. Ibadah-ibadah harian jelas tidak boleh dilupakan oleh fokus kita meraih cita-cita. Fokus disini artinya Anda harus memberikan waktu khusus untuk meraih cita-cita dan Anda konsentrasi saat bekerja.
Misalnya, tetapkan berapa lama waktu yang Anda alokasikan untuk meraih cita-cita Anda. Kapan jadwalnya. Alokasi waktu tentu harus sesuai dengan besarnya cita-cita yang Anda miliki. Jika Anda memiliki cita-cita besar, tentu waktu yang diperlukan akan semakin banyak. Tetapi jangan khawatir, Anda bisa mencapai cita-cita yang besar dengan waktu yang lebih sedikit jika Anda menerapkan konsep Revolusi Waktu dan Daya Ungkit.

Jagalah Motivasi
Motivasi adalah energi. Motivasi seperti bahan bakar pada kendaraan Anda. Jika tidak ada motivasi, maka Anda tidak akan bisa bergerak meraih cita-cita Anda.
Bagaimana jika motivasi habis atau turun? Maka Anda harus mengisinya lagi. Jika motor Anda kehabisan bensin, maka Anda harus mengisinya kembali. Jika HP Anda kehabisan listriknya, maka Anda harus men-charge-nya lagi.
Untungnya, motivasi tidak perlu bayar atau beli. Anda bisa membangkitkan motivasi Anda kapan pun Anda mau. Energi dalam diri Anda bisa bangkit kembali jika Anda mau membangkitkannya.
Selama ada motivasi, Anda akan terus bergerak. Jika bergerak, dan arahnya tepat, cepat atau lambat Anda akan mencapai tujuan.
Jadi Anda akan sukses meraih cita-cita jika Anda Anda menjaga keyakinan, menjaga fokus Anda, dan menjaga motivasi Anda.

Sabtu, 07 Januari 2012

Berapakah Hitungan 'Kholidiina Fiihaa Abadaa'?


Saat kita mengikuti pengajian rutin, baik itu mendengar nasehat, mengaji Alqur'an, dan mengaji Hadits, kita selalu menjumpai penjelasan yang berhubungan dengan Surga dan Neraka. Surga adalah tempatnya segara kenikmatan dan kebahagiaan yang 'pol' dan kekal abadi selama-lamanya. Demikian sebaliknya, Neraka adalah tempatkan segara siksaan dan segala penderitaan yang 'pol' dan kekal abadi selama-lamanya.

Kalau dikaji tentang Surga, tentu kita terbayang akan kenikmatannya yang luar biasa. Yaitu kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah diangan-angankan oleh hati manusia. Bahkan ada dalil yang menyatakan bahwa setapak di Surga itu lebih baik dibandingkan dengan Dunia seisinya. Wah, tentu kenikmatan di Surga itu sangat jauh sekali dari kenikmatan apa pun yang bisa kita bayangkan. Allohumma Innii As'alukal Jannata wama qorroba ilaiha min qoulin au 'amalin..

Kalau dikaji tentang Neraka, tentu kita sangat takut dan ngeri sekali dengan berbagai macam siksaan yang telah diceritakan oleh Nabi dalam haditsnya. Dan Neraka itu adalah dunia api, dari depan, belakang, samping kiri, samping kanan, atas, dan bahwa semuanya ditutupi oleh api. Belum lagi malaikat-malaikat yang kejam-kejam yang menyiksa penghuni Neraka tanpa ampun! Mulai dari Neraka paling rendah yang sudah dijatahkan untuk Pamannya Nabi, hingga neraka yang paling mengerikan sekali. Sampai-sampai di suatu Hadits Nabi menceritakan bahwa di dalam Neraka Jahannam itu ada sebuah jurang. Karena saking mengerikannya siksaan di dalam jurang tersebut, sampai-sampai Neraka sendiri minta perlindungan dari Allah dari jurang tersebut. Na'udzubillahi Minan-Naar..



Nah, ada satu hal lagi yang perlu kita kaji bersama mengenai dua tempat yang disediakan Alloh di Akhirot sana, yaitu Surga dan Neraka, yaitu mengenai lamanya waktu untuk bertempat di Surga atau di Neraka. Baik di Alqur'an maupun Hadits, tidak ada satu pun dalil menerangkan bahwa penghuni Surga atau penghuni neraka hanya akan bertempat sementara di tempatnya masing-masin (Surga atau Neraka) setelah 'Kematian' ditiadakan. Semua dalil tentang Surga dan Neraka menjelaskan bahwa di Surga atau di Neraka adalah Kekal Selama-lamanya ==>> Kholidina Fiiha Abada..

Pertanyaannya adalah.. Berapa lamakah hitungan waktu 'Kholidina Fiiha Abada' itu?

Mungkin kalau kita membayangkan hasilnya, akan sangatlah rumit. Namun, para penasehat terdahulu, sesepuh-sesepuh kita pernah memberikan sebuah gambaran seperti ini...

Kalau seumpama, tempat dimana anda duduk sekarang ini, dijadikan sebagai ANGKA SATU (1), kemudian dari sebelah kanan anda ke arah barat di tulis ANGKA NOL (0) sejajar dengan ANGKA SATU tadi hingga mentok sampai ke arah barat bumi, dan tembus berputar hingga ke arah Timur dan diteruskan hingga ke ANGKA SATU tadi (di tempat anda berada), nah.. kira-kira ada berapabanyakkah ANGKA NOL-nya?

Ditambah lagi, kembali ANGKA NOL ditulis lagi dari arah UTARA sampai mentok hingga memutari bumi sampai tembus ke arah SELATAN dan diteruskan lagi hingga kembali ke ANGKA SATU (di tempat anda berada), berapa banyakkah ANGKA NOL-nya?

Ditambah lagi, seisi bumi ini di tulis ANGKA NOL semua hingga penuh! Berapa banyakkah keseluruhan ANGKA NOL-nya?

Jika satuan dari ANGKA SATU dan ANGKA NOL tadi adalah 'TAHUN' berarti...
Kalau NOL-nya tiga                  = 1000 (Seribu) Tahun
Kalau NOL-nya enam               = 1.000.000 (Satu Juta) Tahun
Kalau NOL-nya sembilan          = 1.000.000.000 (Satu Milyar) Tahun
Kalau NOL-nya dua belas        = 1.000.000.000.000 (Seribu Milyar) Tahun

Jadi, Kalau ANGKA NOL-nya sepenuh bumi, berapakah hitungannya??????? Berapa tahun-kah hasilnya???
Jika bisa dihitung, itu pun BELUM MENYAMAI HITUNGAN KEKAL ABADI SELAMA-LAMANYA 'KHOLIDIINA FIIHA ABADAA'

Kesimpulannya : TIDAK TERBATAS WAKTUNYA!

Maka, beruntunglah orang-orang Iman yang menjadi Penghuni Surga. Dan sangat-sangatlah CELAKA orang yang menjadi PENGHUNI NERAKA!

Coba kita renungkan sejenak, seumpama di NERAKA itu ada batas waktunya, maka sudah tentu orang-orang yang sekarang merasakan siksa kubur itu masih bisa tertawa karena masih ada harapan bahwa siksaan mereka akan selesai. Namun, kenyataanya tidak demikian...

Bukankah pantas kita mengorbankan umur kita yang hanya 60-70 tahun (sesuai sabda Nabi) untuk mendapatkan kenikmatan Surga yang KEKAL ABADI SELAMA-LAMANYA??

Bukankah sangat RUGI, orang yang menikmati kenikmatan Dunia yang TERBATAS dalam waktu 60-70 tahun dan akhirnya dimasukkan ke dalam NERAKA dan disiksa KEKAL ABADI SELAMA-LAMANYA?

Renungkanlah wahai Saudaraku... renungkanlah...

Semoga Alloh menetapkan kita dalam keimanan sampai ajal kita masing-masing... Amin...

Jumat, 06 Januari 2012

WANITA PENGHUNI SURGA ITU…???!!!


Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”

Aku menjawab, “Ya”

Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Alloh Menyembuhkannya.’

Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Alloh Menyembuhkanmu.’

Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’

Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanalloh! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.

Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”

Wahai para jama’ah wanita! tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?

Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?

Tidak! Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.

Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Alloh dan Rosul-Nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.

Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.

Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Alloh Memberi mereka petunjuk -.

Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Alloh yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.

Wahai jama’ah wanita! wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Alloh untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar peraturan alqoran-alhadits. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Alloh.

Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”

Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.

Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.

Subhanalloh. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???

Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Alloh Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”

Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.

Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Alloh dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Alloh akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Alloh Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Alloh untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Alloh akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)

Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Alloh akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.

Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rosululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Alloh agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.

Wahai saudariku, para jama’ah sekalian! seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?

Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita hitam penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.
Semoga Alloh paring aman, selamat, lancer, barokah… Semoga Alloh menghimpun dari yg tercerai dgn kebarokahanNya… amiiin…
^_^

Ajaibnya Do'a



Alloh Ta’ala berfirman:


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Dan jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku ini dekat, (yakni) Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku jika mereka berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Boqaroh: 186)
Dari An-Nu’man bin Basyir dia berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ ( وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Sesungguhnya doa adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca ayat, “Dan Robb kalian berfirman: Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan (doa) kalian.” (QS. Ghafir: 60) (HR. Abu Daud no. 1479, At-Tirmizi no. 2969, Ibnu Majah no. 3873, Shohih)
Dari Ibnu Abbas rodhiallohu anhuma dia berkata: Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ هُوَ الدُّعَاءُ
“Ibadah yang paling utama adalah doa.” (HR. Al-Hakim no. 1805 Shohih)
Dari Salman Al-Farisi dia berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ
“Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebajikan.” (HR. At-Tirmizi no. 3373, Ibnu Majah no. 3872, Shohih)
Dari Abu Sa’id al-Khudri rodhiyallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما من مسلمٍ يدعو بدعوة ليس فيها أثمٌ ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث؛
إما أن تعجل له دعوته، وإما أن يدخرها له في الآخرة، وإما أن يصرف عنه من السوء
مثلها”. قالوا: إذا نكثر. قال: “اللهُ أكثرُ”. رواه أحمد والحاكم وغيرهما.
“Tiada seorang muslim pun yang memohon (kepada Alloh Ta’ala) dengan doa yang tidak mengandung dosa (permintaan yang harom), atau pemutusan hubungan (baik) dengan keluarga/kerabat, kecuali Alloh akan memberikan baginya dengan (sebab) doa itu salah satu dari tiga perkara: [1] boleh jadi akan disegerakan pengabulan doanya, [2] atau Alloh akan menyimpannya untuk kebaikan (pahala) baginya di akhirat, [3] atau akan dihidarkan darinya keburukan (bencana) yang sesuai dengannya”. Para sahabat rodhiyallohu ‘anhum berkata: Kalau begitu, kami akan memperbanyak (doa kepada Alloh). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa salalm bersabda, “Alloh lebih luas (rohmat dan karunia-Nya)”. HR. Bukhori dalam “Adabul mufrod” (no. 710), Ahmad (3/18), dan Hakim (1/493)
Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan berdoa kepada Alloh azza wa jalla, dan kepastian dikabulkannya doa seorang muslim dengan salah satu dari tiga perkara tersebut, jika terpenuhi padanya syarat-syarat dikabulkannya doa.
Alloh ta'ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ‌ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ‌ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ
بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ (١٨٦
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS al-Baqoroh:186)
Mari barokahkan waktu 1/3 malam akhir dengan tetep semangat karna Alloh. Jangan lupa barter da'wat untuk dulur2 kita semua. Moga Alloh paring aman selamat lancar barokah, sehat dan sukses serta diberikan kekuatan taufik dalam menetapi memerlukan dan mempersungguh hidayah QHJ secara 5 bab sampai pol ajal mati kita masing2, serta khusnul khotimah dengan tetep menggenggam kuat tiket surga dan kendali tali B kita agar masuk surga selamat dari siksa neraka. Aamiin.... semangka...... :)

Kamis, 05 Januari 2012

Tata Krama

HAL-HAL YANG TIDAK PANTAS DILAKUKAN DIHADAPAN ORANG LAIN


  1. Membersihkan gigi dari sisa makanan ( slilit ), dengan mulut dibiarkan terbuka ( tidak menutup dengan tangan ).
  2. Batuk dan bersin tanpa menutup mulut.
  3. Menguap dengan membiarkan mulut ternganga ( meskipun tidak ada orang lain ).
  4. حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِيْ ذِئْبٍ عَنْ سَعِيْدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ وَلَا يَقُلْ هَاهْ هَاهْ فَإِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ يَضْحَكُ مِنْهُ * رواه سنن أبي داود في كتاب الأدب الألباني صحيح
    Nabi bersabda: Sesungguhnya Alloh senang terhadap orang yang bersin dan benci terhadap orang yang angop, Maka dari itu ketika kalian mau angop, maka hendaknya dikembalikan semampunya dan jangan berkata “ hah hah “ Ketahuilah sesungguhnya demikian itu adalah termasuk berbuatan Syetan yang tertawa pada demikian itu. ( HR. Sunan Abu Daud )
  5. Bersendawa ( glegeken ) dengan tidak menutup mulut.
  6. Kentut, meludah/mengeluarkan dahak dan membuang ingus.
  7. Membersihkan hidung ( ngupil ) dan telinga.
  8. Menuding-nuding terhadap orang lain yang bukan semestinya. 

TATA KRAMA BERTELPON

  1. Mengucapkan salam.
  2. Menyebutkan identitas ( nama dan alamat ).
  3. Berbicara dengan bahasa yang sopan, ramah, singkat, dan jelas ( sebelum menelpon seyogyanya menyiapkan hal-hal yang akan dibicarakan ).
  4. Bila ingin berbicara dengan selain yang menerima telpon, meminta tolong/amal sholih dipanggilkan dengan kalimat yang baik.
  5. Tidak menelpon pada jam-jam istirahat kecuali keadaan darurat.
  6. Mngucapkan kalimat syukur dan salam , sebelum mengakhiri pembicaraan.
  7. Meletakkan gagang telpon dengan perlahan.

TATA KRAMA BERJALAN

  1. Tidak menyeret sandal atau mnghentakan kaki.
  2. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيْلَ حَدَّثَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا الْمَسْعُوْدِيُّ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ هُرْمُزَ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالطَّوِيْلِ وَلَا بِالْقَصِيْرِ شَثْنَ الْكَفَّيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ ضَخْمَ الرَّأْسِ ضَخْمَ الْكَرَادِيسِ طَوِيْلَ الْمَسْرُبَةِ إِذَا مَشَى تَكَفَّأَ تَكَفُّؤًا كَأَنَّمَا انْحَطَّ مِنْ صَبَبٍ لَمْ أَرَ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ مِثْلَهُ * رواه سنن الترمذي في كتاب المناقب الألباني صحيح
    Ali berkata: Cirinya Nabi itu, tidak tinggi dan tidak pendek, tidak tebal kedua telapak tangan dan kakinya, tegak kepalanya dan tulangnya, ada bulu dadanya, ketika berjalan melangkahnya seperti orang yang turun dari tempat duduknya yang tidak diketahui sebelum atau sesudahnya. ( HR. Sunan At Tirmidzi )
  3. Mengucapkan salam atau menyapa dengan ramah bila berpapasan dengan orang lain.
  4. حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِيْ الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ * رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang bertanya: Nabi bagaimana bagusnya Islam,,,? Nabi menjawab: memberi makan dan mengucapkan salam pada orang yang kalian kenal atau yang tidak kalian kenal. ( HR. Shohih Al Bukhori )
    حَدَّثَنَا عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيْمِ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُرَشِيُّ الْيَمَامِيُّ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ زُمَيْلٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِيْ أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيْقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِيْ دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ * رواه سنن الترمذي في كتاب السير والصلة الألباني صحيح
    Nabi bersabda: Senyummu kepada saudaramu itu adalah Shodaqoh, Amar Ma’ruf Nahi Anil Munkar itu Shodaqoh, Menunjukkan orang yang tersesat dijalan itu jadi Shodaqoh, menunjukkan orang yang buta itu jadi Shodaqoh, Membersihkan batu, duri dan tulang dijalan itu jadi Shodaqoh, Memberikan isi timbamu kepada timba saudaramu itu jadi Shodaqoh. ( HR. Sunan At Tirmidzi )
  5. Mengucapkan salam atau permisi bila melintasi atau melewati orang yang sedang duduk.
  6. حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ زِيَادٌ أَنَّهُ سَمِعَ ثَابِتًا مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ * رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Nabi bersabda: Orang yang naik kendaraan itu supaya uluk salam pada orang jalan, Orang yang jalan itu supaya supaya uluk salam pada orang yang duduk, Orang yang sedikit supaya uluk salam pada oang yang banyak. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  7. Bila berjalan bersama, tidak berjajar ( rampak-rampak ), sehingga mengganggu orang lain.
  8. Membuang atau menyingkirkan dari jalan segala sesuatu yang membahayakan.
  9. حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيْمَانِ * رواه صحيح مسلم في كتاب الأيمان
    Nabi bersabda: Keimanan itu tujuh puluh atau enam puluh cabang, dan utamanya Iman adalah kalimat , menghilangkan sesuatu dijalan dan malu untuk berbuat salah itu termasuk dari cabang keimanan. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  10. Tidak berjalan sambil berkacak pinggang.
  11. Tidak usil dan tidak mengganggu orang lain.

TATA KRAMA TIDUR
  1. Dianjurkan berwudhu sebelum tidur.
  2. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُوْرٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِيْ إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ قَالَ فَرَدَّدْتُهَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا بَلَغْتُ اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ قُلْتُ وَرَسُولِكَ قَالَ لَا وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ * رواه صحيح البخاري
    Nabi bersabda kepadaku barrok: ketika kamu akan mendatangi tempat tidurmu, maka terlebih dahulu berwudhulah seperi wudhu sholat, kemudian tidurlah pada posisi miring kekanan dan berdoalah اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِيْ إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ, Apakah saya juga menyebutkan وَرَسُولِكَdan Nabi menjawab tidak tapi وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  3. Membersihkan tempat tidur.
  4. حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنِيْ سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ ... الحديث *  رواه صحيح البخاري في كتاب الأدب
    Nabi bersabda: Ketika kalian akan tidur, maka hendaknya membersihkan tempat tidurnya dengan dalamnya sarung, dikarenakan kalian tidak tau apa yang kalian tinggalkan tempat tidur kalian. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  5. Mengawali tidur dengan miring nganan.
  6. حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ مَنْصُوْرًا عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِيْ الْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ لِيْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوْءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ... الحديث *  رواه صحيح البخاري في كتاب الأدب
    Nabi bersabda kepadaku Barrok, ketika kamu akan mendatangi tempat tidurmu, maka terlebih dahulu berwudhulah seperi wudhu sholat, kemudian tidurlah pada posisi miring kekanan. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  7. Tidak boleh tidur dengan tengkurap.
  8. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُوْ سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ يَعِيْشَ بْنِ طَخْفَةَ بْنِ قَيْسٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ كَانَ أَبِيْ مِنْ أَصْحَابِ الصُّفَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلِقُوْا بِنَا إِلَى بَيْتِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا فَانْطَلَقْنَا فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَطْعِمِيْنَا فَجَاءَتْ بِحَشِيْشَةٍ فَأَكَلْنَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَطْعِمِيْنَا فَجَاءَتْ بِحَيْسَةٍ مِثْلِ الْقَطَاةِ فَأَكَلْنَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ اسْقِينَا فَجَاءَتْ بِعُسٍّ مِنْ لَبَنٍ فَشَرِبْنَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ اسْقِيْنَا فَجَاءَتْ بِقَدَحٍ صَغِيرٍ فَشَرِبْنَا ثُمَّ قَالَ إِنْ شِئْتُمْ بِتُّمْ وَإِنْ شِئْتُمْ انْطَلَقْتُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ قَالَ فَبَيْنَمَا أَنَا مُضْطَجِعٌ فِيْ الْمَسْجِدِ مِنَ السَّحَرِ عَلَى بَطْنِيْ إِذَا رَجُلٌ يُحَرِّكُنِيْ بِرِجْلِهِ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ ضِجْعَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ قَالَ فَنَظَرْتُ فَإِذَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ *  رواه سنن أبي داود
    Ya’is berkata: Bapaku termasuk Ashabus Shuffah, Nabi bersabda, kalian berangkatlah bersamaku kerumahnya Aisyah, Dan kamipun berangkat dan Nabi bersabda: Hai Aisyah berikan kami makanan, datanglah makanannya dan kami makan, kemudian Nabi bersabda: Hai Aisyah berikan kami makanan dengan lauk semisal burung dara dan kemudian kamipun memakannya, kemudian Nabi bersabda: Hai Aisyah berikan kami minuman, datanglah minuman susu dengan wadah yang besar dan kamipun meminumnya, kemudian Nabi bersabda: Hai Aisyah berikan kami minuman, datanglah minuman dengan wadah yang kecil dan kamipun meminumnya, kemudian Nabi bersabda: bila kalian mau kalian bisa menginap atau tidur di masjid dan merekapun tidur dimasjid, Abi berkata: saat itu saya tidur tengkurap dimasjid dan ada yang menggoyangkanku dengan kaki, Dan orang itu berkata: tidur seperti ini dimurkai Alloh dan saat aku lihat orang itu adalah Nabi. ( HR. Sunan Abu Daud ) 
  9. Tidak tidur ditempat yang membahayakan.
  10. Jika tidur ditempat umum : ( misal : masjid ) bila bersarung supaya memakai celana.
  11. Membaca doa sebelum tidur dan sesudah bangun tidur.
  12. حَدَّثَنَا قَبِيْصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِقَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ بِاسْمِكَ أَمُوْتُ وَأَحْيَا وَإِذَا قَامَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ * رواه صحيح البخاري في كتاب الأدب
    Khudaifah berkata: Nabi itu ketika akan tidur berdoa بِاسْمِكَ أَمُوْتُ وَأَحْيَا dan ketika bangun tidur juga berdoa الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ. ( HR . Shohih Al Bukhori ) 
  13. Merapikan kembali tempat tidur setelah bangun tidur.

TATA KRAMA BERBICARA DENGAN ORNG LAIN ( BERCAKAP-CAKAP )

  1. Berbahasa yang baik dan sopan ( papan-empan-adepan ), menghindari kata-kata yang kotor dan menyakitkan hati.
  2. حَدَّثَنِيْ عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِيْ سَلَمَةَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ *  رواه صحيح البخاري في كتاب الأدب
    Nabi bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, Maka supaya berbicara yang baik atau diam, Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, Maka jangan menyakiti tetangganya, Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, Maka supaya memulyakan tamunya. ( HR. Shohih Al Bukhori ) 
  3. Bila berbicara dengan orang tua/dituakan, hendaknya pandangan mata agak ditundukkan dan dalam bertutur kata dengan nada suara yang lebih rendah.
  4. وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ *  سورة لقمن أية 19
    Dan sedangkanlah berjalanmu dan pelankanlah suaramu, sesungguhnya sejelek-jeleknya suara yaitu suaranya khimar. ( QR. Luqman ayat 19 ) 
  5. Membiasakan kata-kata “MAAF” pada awal dan akhir bembicaraan.
  6. Dalam berbahasa daerah tidak boleh memposisikan diri lebih tinggi dari lawan bicara. Contoh Bahasa Jawa : “kulo sampun dahar”, “dalem bade kundur”, “kulo paringi”, seharusnya: “kulo sampun nedho”, “dalem badhe wangsul”, “kulo caosi/kulo sukani” dll.
  7. Memperhatikan dan mengarahkan pandangan kepada lawan bicara dengan sopan.
  8. Memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk bicara ( tidak mendominasi pembicaraan ).
  9. Tidak memotong pembicaraan lawan bicara.
  10. Tidak berbicara sambil berkacak pinggang atau menunjuk-nunjuk ke arah lawan bicara.
  11. Tidak memperguncingkan atau membicarakan aib orang lain ( "GHIBAH" ).
  12. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ *  سورة الحجرات أية 12
    Hai orang-orang yang beriman jahuilah kebanyakan dari prasangkaan, Karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan bias menjadikan dosa, Dan kalian janganlah saling meneliti kejelekan atau saling menggunjing di antara kalian, Apakah kalian senang jika memakan daging saudara kalian yang sudah menjadi bangkai yang mana kalian benci bangkai tersebut,,,? Dan kalian takutlah kepada Alloh dan sesungguhnya Alloh Maha menerima Thobat lagi Maha sayang. ( QS.Al Hujurot ayat 12 ) 
    حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوْا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيْلُ عَنِ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ قَالُوْا اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ *  رواه صحيح مسلم في كتاب الأدب
    Sesungguhnya Nabi bersabda: Apakah kalian tau arti dari “GHIBAH” ,,,? Mereka Shohabat menjawab: Alloh dan Rosulnya yang lebih tau, Nabi bersabda: “GHIBAH” adalah menceritakan sesuatunya saudaramu yang mana dia benci oleh saudaramu, Di katakan pada Nabi: Bagaimana kalau yang dicerikan sesuai Fakta yang ada,,,? Nabi bersabda: Kalau bercerita sesuai Fakta, Maka itu namanya “GHIBAH” dan kalau tidak sesuai dengan Fakta, Maka itu namanya “FITNAH” . ( HR. Shohih Muslim ) 
  13. Bila bertiga :
    a. Tidak berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh salah satu dari mereka.
    b. Tidak berbisik-bisik berdua, tanpa memperdulikan teman yang lain.
  14. حَدَّثَنَا عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ مَنْصُوْرٍ عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوْا بِالنَّاسِ أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ *  رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Nabi bersaba: Jika kalian bertiga janganlah kalian berdua bisik-bisik meninggalkan yang lain sehingga kalian campur dengan manusia, dikarenakan susahnya teman ketiganya kalian. (HR.Shohih Al Bukhori ) 
  15. Menghindari berkata dusta, meskipun bermaksud melucu.
  16. حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيْمٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ وَيْلٌ لِلَّذِيْ يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ *  رواه سنن أبي داود في كتاب الأدب
    Nabi bersabda: Neraka well bagi orang yang bercerita dusta yang bertujuan bisa bikin orang tertawa, Neraka well baginya well baginya. ( HR. Sunan Abu Daud ) 
  17. Menghindari bergurau yang berlebihan dan gojlog-gojlogkan.
    1. Takutlah kamu pada beberapa kekharoman, maka kamu akan jadi lebih beribadahnya Manusia.
    2. Senanglah kamu dengan Qodar Rizki yang diberikan Alloh kepada kamu, maka kamu akan jadi lebih kayanya manusia.
    3. Bagusilah tetanggamu, maka kamu akan jadi orang Mukmin.
    4. Senanglah kamu pada seseorang, maka kamu akan jadi orang Islam.
    5. Dan kamu jangan memperbanyak tertawa, maka sesungguhnya memperbanyak tertawa bisa mematikan hati.( HR. Sunan At Tirmidzi )
  18. حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ أَبِيْ ثَلْجٍ الْبَغْدَادِيُّ صَاحِبُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ حَاطِبٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوْا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي *  رواه سنن الترمذي في كتاب الزهد
    Nabi bersabda: Kalian janganlah memperbanyak berbicara selain ingat kepada Alloh, Maka sesungguhnya memperbanyak berbicara selain ingat kepada Alloh bisa mengeraskan hati, Dan sesungguhnya lebih jauhnya manusia dari Alloh yaitu hamba yang hatinya keras. ( HR. Sunan At Tirmidzi ) 
    حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ هِلَالٍ الصَّوَّافُ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِيْ طَارِقٍ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَأْخُذُ عَنِّيْ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ فَيَعْمَلُ بِهِنَّ أَوْ يُعَلِّمُ مَنْ يَعْمَلُ بِهِنَّ فَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ فَقُلْتُ أَنَا يَا رَسُولَ اللهِ فَأَخَذَ بِيَدِيْ فَعَدَّ خَمْسًا وَقَالَ اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَلَا تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ *  رواه سنن الترمذي في كتاب الزهد الألباني حسن
    Nabi bersabda: Siapa yang mau mengambil demikian itu kaliamat kemudian mengamalkannya atau mengajakan kepada seseorang yang kemudian diamalkan,,,? Abu Huroiroh berkata: Saya Nabi, Dan Nabi memegang tanganku dan menghitungsampai lima, Dan Nabi bersabda:

TATA KRAMA MENGENDARAI SEPEDA/ MOTOR/ MOBIL

  1. Memakai helm standar, membawa SIM, dan STNK ( bagi pengendara kendaraan bermotor ).
  2. Menggunakan knalpot motor yang standar ( tidak diblong ).
  3. Menjaga kelengkapan kendaraan.
  4. Tidak menghias helm dan motornya dengan gambar atau tulisan yang tidak sopan.
  5. Mentaati peraturan dan rambu-rambu lalu lintas.
  6. Tidak ngebut terutama ketika melewati gang atau perkampungan.
  7. Mengucapkan salam atau menyapa atau bilang permisi ketika berpapasan dengan orang yang berjalan kaki atau yang sedang duduk digang.
  8. حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ زِيَادٌ أَنَّهُ سَمِعَ ثَابِتًا مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ *  رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Nabi bersabda: Orang yang naik kendaraan itu supaya uluk salam pada orang jalan, Orang yang jalan itu supaya supaya uluk salam pada orang yang duduk, Orang yang sedikit supaya uluk salam pada oang yang banyak. ( HR. Shohih Al Bukhori ) 
  9. Tidak menggeber-geberkan atau memainkan gas motor.
  10. Tidak bergoncengan tiga orang dewasa atau lebih.
  11. Tidak mengoperasikan HP saat dalam mengemudi.

TATA KRAMA KETIKA BERPAKAIAN DAN BERHIAS
Bagi Laki-Laki 

  1. Berpakaian rapi, sopan dan benar menurut Syariat Islam termasuk tidak boleh memakai pakaian bawah yang ngelembreh dibawah kedua mata kaki.
  2. حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِي عَنِ الْإِزَارِ فَقَال عَلَى الْخَبِيْرِ سَقَطْتَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلَا حَرَجَ أَوْ لَا جُنَاحَ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِيْ النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِ *  رواه سنن أبي داود الألباني صحيح في كتاب اللباس
    Nabi bersabda: Pakaian bawahnya orang Islam itu sampai setengah betis, tidak dosa atau tidak apa-apa kalau antara setengah betis sampai dua mata kaki. ( HR. Sunan Abu Daud ) 
  3. Tidak boleh memakai sesuatu yang berbahan kain sutera.
  4. حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ هِنْدٍ عَنْ أَبِيْ مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُرِّمَ لِبَاسُ الْحَرِيْرِ وَالذَّهَبِ عَلَى ذُكُوْرِ أُمَّتِيْ وَأُحِلَّ لِإِنَاثِهِمْ *  رواه سنن الترمذي الألباني صحيح في كتاب اللباس
    Nabi bersabda: Diharamkan ( dilarang ) Pakaian Sutera dan Perhiasan emas untuk Laki-Lakinya umatku dan di halalkan untuk perempuannya umatku ( diperbolehkan ). ( HR. Sunan At Tirmidzi ) 
  5. Tidak boleh memakai celana yang dilubangi ( disobek-sobek ), ketat, dan ditempeli stiker.
  6. Tidak boleh berpakaian menyerupai wanita.
  7. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ *  رواه صحيح البخاري في كتاب اللباس
    Ibnu Abbas berkata: Nabi melaknati Laki-Laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya Perempuan menyerupai Laki-Laki. ( HR. Shohih Al Bukhori ) 
  8. Tidak boleh memakai perhiasan berbahan emas.
  9. حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ هِنْدٍ عَنْ أَبِيْ مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُرِّمَ لِبَاسُ الْحَرِيْرِ وَالذَّهَبِ عَلَى ذُكُوْرِ أُمَّتِيْ وَأُحِلَّ لِإِنَاثِهِمْ *  رواه سنن الترمذي الألباني صحيح في كتاب اللباس
    Nabi bersabda: Diharamkan ( dilarang ) Pakaian Sutera dan Perhiasan emas untuk Laki-Lakinya umatku dan di halalkan untuk perempuannya umatku ( diperbolehkan ). ( HR. Sunan At Tirmidzi )
  10. Tidak boleh mewarnai rambut dengan warna hitam dan warna yang tidak pantas.
  11. Memotong rambut dengan rapi.
  12. حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِيْ ابْنُ أَبِيْ الزِّنَادِ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ شَعْرٌ فَلْيُكْرِمْهُ * رواه سنن أبي داود الألباني حسن صحيح في كتاب الترجل
    Sesungguhnya Nabi bersabda: Barang siapa yang mempunyai rambut, maka hendaklah dia memulyakannya. ( HR. Sunan Abu Daud )
  13. Merapikan kumis yang rapi.
  14. حَدَّثَنَا أَحْمَدُ ابْنُ أَبِيْ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ حَنْظَلَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنَ الْفِطْرَةِ حَلْقُ الْعَانَةِ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ * رواه صحيح البخاري في كتاب اللباس
    Sesungguhnya Nabi bersabda: Termasuk dari kesucian yaitu mencukur bulu kemaluan, memotongi kuku, dan mencukur kumis. ( HR. Shohih Al Bukhori )
    حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَالِفُوْا الْمُشْرِكِيْنَ أَحْفُوْا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوْا اللِّحَى * رواه صحيح مسلم في كتاب الطهارة
    Nabi bersabda: Selisyihilah orang Syirik dengan cara mencukur kumis dan merawat jenggot. ( HR. Shohih Muslim )
  15. Di Sunahkan memakai minyak wangi.

    حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُوْ أَحْمَدِ عَنْ شَيْبَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمُخْتَارِ عَنْ مُوسَى بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُكَّةٌ يَتَطَيَّبُ مِنْهَا * رواه سنن أبي داود الألباني صحيح في كتاب الترجل
    Dari Anas dia berkata: Nabi mempunyai minyak wangi dan Nabi juga memakainya. ( HR. Sunan Abu Daud )


    أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ قَالَ أَنْبَأَنَا وَكِيْعٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَزْرَةُ بْنُ ثَابِتٍ عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أُتِيَ بِطِيْبٍ لَمْ يَرُدَّهُ * رواه سنن النسائي الألباني صحيح
    Dari Anas dia berkata: Nabi jika diberi wangi-wangian, Maka Nabi tidak menolaknya. ( HR. Sunan An Nasa’i )
Bagi perempuan

  1. Berpakaian rapi, sopan dan benar menurut Syariat Islam.
  2. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ نَافِعٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ أَبِيْ عُبَيْدٍ أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ ذَكَرَ الْإِزَارَ فَالْمَرْأَةُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ تُرْخِيْ شِبْرًا قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ إِذًا يَنْكَشِفُ عَنْهَا قَالَ فَذِرَاعًا لَا تَزِيْدُ عَلَيْهِ * رواه سنن أبي داود في كتاب اللباس الألباني صحيح
  3. Tidak boleh berpakaian menyerupai Laki-Laki.
  4. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ * رواه صحيح البخاري في كتاب اللباس
    Ibnu Abbas berkata: Nabi melaknati Laki-Laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya Perempuan menyerupai Laki-Laki. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  5. Tidak boleh memakai rambut palsu atau memasangkan rambut palsu.
  6. حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ قَالَ حَدَّثَنِيْ مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِيْ سُفْيَانَ عَامَ حَجَّ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَقُوْلُ وَتَنَاوَلَ قُصَّةً مِنْ شَعَرٍ كَانَتْ بِيَدِ حَرَسِيٍّ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْ مِثْلِ هَذِهِ وَيَقُولُ إِنَّمَا هَلَكَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ حِينَ اتَّخَذَ هَذِهِ نِسَاؤُهُمْ وَقَالَ ابْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَعَنَ اللهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ * رواه صحيح البخاري في كتاب اللباس
  7. Tidak boleh mencukur gundul.
  8. أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى الْحَرَشِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُوْ دَاوُدَ قَالَ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ خِلَاسٍ عَنْ عَلِيٍّ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَحْلِقَ الْمَرْأَةُ رَأْسَهَا * رواه سنن النسائي في كتاب الزينة
    Dari Ali: Nabi melarang seorang wanita mencukur rambut kepalanya ( Yang menyerupai Laki-Laki ). ( HR. An Nasa’i )
  9. Tidak boleh menyukur rambut kepala sehingga menyerupai Laki-Laki.
  10. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ * رواه صحيح البخاري في كتاب اللباس
    Ibnu Abbas berkata: Nabi melaknati Laki-Laki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya Perempuan menyerupai Laki-Laki. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  11. Tidak boleh mencukur rambut alis.
  12. حَدَّثَنَا عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ مَنْصُوْرٍ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ عَبْدُ اللهِ لَعَنَ اللهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ تَعَالَى مَالِي لَا أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ كِتَابِ اللهِ وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ * رواه صحيح البخاري في كتاب اللباس
  13. Tidak boleh berdandan atau bersolek yang berlebihan.
  14. Tidak boleh memakai wangi-wangian yang semerbak baunya.
  15. حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا أَرْكَبُ الْأُرْجُوَانَ وَلَا أَلْبَسُ الْمُعَصْفَرَ وَلَا أَلْبَسُ الْقَمِيْصَ الْمُكَفَّفَ بِالْحَرِيْرِ قَالَ وَأَوْمَأَ الْحَسَنُ إِلَى جَيْبِ قَمِيْصِهِ قَالَ وَقَالَ أَلَا وَطِيْبُ الرِّجَالِ رِيْحٌ لَا لَوْنَ لَهُ أَلَا وَطِيْبُ النِّسَاءِ لَوْنٌ لَا رِيْحَ لَهُ قَالَ سَعِيْدٌ أُرَهُ قَالَ إِنَّمَا حَمَلُوْا قَوْلَهُ فِيْ طِيْبِ النِّسَاءِ عَلَى أَنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ فَأَمَّا إِذَا كَانَتْ عِنْدَ زَوْجِهَا فَلْتَطَّيَّبْ بِمَا شَاءَتْ * رواه سنن أبي داود في كتاب اللباس الألباني صحيح

TATA KRAMA BERTAMU

  1. Berpakaian rapi, pantas dan sopan.
  2. Tidak bertamu pada jam-jam istirahat.
  3. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِيْنَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِيْنَ لَمْ يَبْلُغُوْا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِيْنَ تَضَعُوْنَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيْرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُوْنَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ وَاللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ *  سورة النور أية 58
    Hai orang-orang yang beriman budakmu dan orang yang belum baligh supaya minta idzin untuk masuk rumah pada tiga waktu yaitu: Sebelum sholat shubuh, Waktu dhuhur, dan Setelah sholat Isyak, Dan tidak dosa jika mereka mondar-mandir disaat selain tiga waktu tersebut. Demikian kami Alloh menjelaskan ayat-ayat untuk kalian, Dan Alloh maha tau dan maha menghukumi. ( QS. An Nur ayat 58 ) 
  4. Seyogyanya membuat janji terlebih dahulu dan menepatinya, mengingat mungkin tuan rumah banyak kesibukan.
  5. Mengetuk pintu atau membunyikan bel rumah dan mengucapkan salam.
  6. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ *  سورة النور أية 27
    Hai orang-orang yang beriman kalian jangan masuk rumah yang bukan rumahmu sehingga kamu terlebih dahulu untuk minta idzin dan salam terlebih dahulu kepada pemilik rumah, Demikian itu lebih baik untuk kalian agar kalian bisa ingat. ( QS. An Nur ayat 27 ) 
  7. Bila sudah mengucapkan salam 3x dan tidak ada jawaban sebaiknya pergi.
  8. حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ خُصَيْفَةَ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيْدٍ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنْتُ فِيْ مَجْلِسٍ مِنْ مَجَالِسِ الْأَنْصَارِ إِذْ جَاءَ أَبُوْ مُوسَى كَأَنَّهُ مَذْعُوْرٌ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ عَلَى عُمَرَ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِيْ فَرَجَعْتُ فَقَالَ مَا مَنَعَكَ قُلْتُ اسْتَأْذَنْتُ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِيْ فَرَجَعْتُ وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَأْذَنَ أَحَدُكُمْ ثَلَاثًا فَلَمْ يُؤْذَنْ لَهُ فَلْيَرْجِعْ ... الحديث *  رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Dari Abu Said berkata: Saya berada di Majlisnya orang Anshor dan saat itu datanglah Abu Musa yang sedang keadaan takut, Abu Musa berkata: aku minta idzin kepada Umar tiga kali tapi oleh umar saya tidak di Idzini dan sayapun kembali pulang, Umar berkata: Kamu kenapa Abu Musa,,, ? Aku menjawab aku minta idzin kepadamu tiga kali tapi saya tidak di Idzini dan saya kembali pulang, Dan Nabi bersabda: Ketika salah satu kalian minta Idzin tiga kali dan tidak di Idzini, maka kembalilah,,, ( HR. Shohih Al Bukhori )
  9. Tidak boleh mengintip atau melongok kedalam rumah, walaupun pintu atau jendela terbuka.
  10. حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ الزُّهْرِيُّ حَفِظْتُهُ كَمَا أَنَّكَ هَا هُنَا عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ اطَّلَعَ رَجُلٌ مِنْ جُحْرٍ فِيْ حُجَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِدْرًى يَحُكُّ بِهِ رَأْسَهُ فَقَالَ لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ تَنْظُرُ لَطَعَنْتُ بِهِ فِيْ عَيْنِكَ إِنَّمَا جُعِلَ اْلإِسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ * رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Sahl berkata: Ada seorang laki-laki yang mengintip lubang kamarnya Nabi, dan saat itu Nabi membawa alat garuk kepala, Nabi bersabda: Jikalau aku tau kalau kamu ngintip, Niscaya aku pasti akan menusuk matamu, sesungguhnya Idzin diperintahkan karena pandangan mata agar tidak ngintip. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  11. Bila ditanya “siapa itu,,,?” menjawabnya dengan menyebut nama.
  12. حَدَّثَنَا أَبُوْ الْوَلِيْدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِيْ فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا * رواه صحيح البخاري في كتاب الإستئذان
    Jabir berkata: saya datang kepada Nabi dalam urusan utangnya bapaku, dan saya mengetuk pintu dan Nabi bertanya “ siapa disitu ,,,? ” aku menjawab: saya dan Nabi menjawab saya-saya yang mana Nabi seperti tidak senang dengan jawabanku saya saya. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  13. Tidak boleh masuk dan duduk sebelum dipersilahkan.
  14. Melepas sepatu atau sandal sebelum masuk rumah atau menyesuaikan.
  15. Menempati tempat duduk yang dipersiapkan untuk tamu ( tidak menempati tempat duduk tuan rumah ).
  16. Bila tuan rumah bukan Mahromnya dan hanya satu orang, Maka cukup diluar rumah dan berbicara seperlunya.
  17. Tidak makan dan minum hidangan yang disuguhkan sebelum dipersilahkan.
  18. Sebaiknya mau mencicipi atau menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah.
  19. Bila hidangan yang disuguhkan merupakan pantangan, supaya menolak dengan sopan.
  20. Apabila bermalam, sebelum pulang hendaknya merapikan tempat tidurnya.
  21. Apabila membawa anak kecil supaya menjaga dengan baik sehingga tidak mengecewakan tuan rumah.
  22. Apabila melakukan sesuatu yang mengecewakan tuan rumah ( misal: merusakan barang, ngompol dll ), supaya berterus terang dan minta maaf.
  23. Sebelum pulang hendaknya minta maaf, mengucapkan Syukur/terima kasih atas semua kebaikan tuan rumah dan mengucapkan salam.

TATA KRAMA MENERIMA TAMU

  1. Berpakain rapi, pantas dan sopan.
  2. حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ وَجَدَ عُمَرُ حُلَّةَ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِيْ السُّوْقِ فَأَتَى بِهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ ابْتَعْ هَذِهِ الْحُلَّةَ فَتَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيْدِ وَلِلْوُفُوْدِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ أَوْ إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فَلَبِثَ مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِجُبَّةِ دِيْبَاجٍ فَأَقْبَلَ بِهَا عُمَرُ حَتَّى أَتَى بِهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ قُلْتَ إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ أَوْ إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ ثُمَّ أَرْسَلْتَ إِلَيَّ بِهَذِهِ فَقَالَ تَبِيْعُهَا أَوْ تُصِيْبُ بِهَا بَعْضَ حَاجَتِكَ *  رواه صحيح البخاري في كتاب الجهاد والسير
    Ibnu umar berkata: Umar menjumpai pakaian Sutra yang dijual dipasar dan Umarpun mendatangi Nabi sambil membawa pakaian sutera, Umar berkata: Belilah pakaian sutraku yang bisa engkau gunakan di Hari Raya dan untuk menemui tamu, Nabi bersabda: Orang yang memiliki pakaian ini tidak dapat bagian atau Orang yang memakai pakaian ini tidak dapat bagian kemudian Umar diam, dan Nabi utusan untuk pergi ke Umar dengan membawa jubah sutra, dan Umarpun menghadap untuk mendatangi Nabi, Umar berkata: Wahai Nabi engkau berkata: Orang yang memiliki pakaian ini tidak dapat bagian atau Orang yang memakai pakaian ini tidak dapat bagian, terus engkau mengutus saya untuk membawa jubah sutera ini,,,! Nabi bersabda: Perjualkanlah pakaian sutramu atau gunakanlah untuk kepentingan Hajatmu. ( HR. Shohih Al Bukhori ) 
  3. Menyambut dan menerima tamu dengan ramah ( grapyak ).
  4. Mempersilahkan masuk dan duduk.
  5. Bila tuan rumah sendirian dan tamu bukan Mahromnya juga sendirian seyogyanya tidak mempersilahkan tamu untuk masuk kedalam rumah dan berbicara seperlunya saja.
  6. Memuliakan tamu dengan memberi penghormatan bil ma’ruf sesuai dengan kemampuan.
  7. Menyuguhkan hidangan atau jamuan dengan menggunakan nampan.
  8. Tidak menyuguhkan minuman dengan memegang bibir gelas.
  9. Bila tamu bukan Mahromnya, seyogyanya tidak menyuguhkan sendiri secara langsung.
  10. Mempersilahkan tamu untuk menikmati hidangan.
  11. Bila tamu bukan Mahromnya sebaiknya tidak duduk dengan berhadapan dan tidak menatap langsung.
  12. Apabila dalam menerima tamu waktunya terbatas karena suatu hal, maka hendaknya menyampaikan secara terus terang dan sopan.
  13. Bila tamu telah berpamitan, seyogyanya ikut mengantarkan keluar rumah untuk melepas kepergiannya.

TATA KRAMA KETIKA MINUM

Tata krama ketika minum hampir sama dengan Tata krama ketika makan, ditambah dengan hal-hal sebagai berikut:
  1. Memegang gelas pada tangkainya ( bila bertangkai ).
  2. Apabila disuguhkan cangkir dengan pisin ( lepek ), diusahakan meminum dengan mengangkat pisinnya.
  3. Tidak minum langsung dari bibir teko ( nyucup ) dan tidak menuangkan langsung kedalam mulut ( nglonggo ).
  4. Tidak bernafas kedalam gelas dan tidak meneguk/menenggak minuman sekali habis.
  5. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيْمِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَنَفَّسَ فِيْ الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيْهِ *  رواه أبو داود في كتاب الأشربة الألباني صحيح
    Ibnu Abbas berkata: Nabi melarang bernafas didalam wadah dan mengipasi/meniup apa-apa yang ada didalam wadah. ( HR. Sunan Abu Daud ) 
  6. Ketika minum, air minum tidak digunakan untuk kumur lebih dahulu.

TATA KRAMA KETIKA MAKAN

  1. Duduk dengan sopan.
  2. حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا شَرِيْكٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْأَقْمَرِ عَنْ أَبِيْ جُحَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا أَنَا فَلَا آكُلُ مُتَّكِئًا *  رواه سنن الترمذي في كتاب الأطعمة الألباني صحيح
    Nabi bersabda: Saya tidak pernah makan dengan lenyeh-lenyeh. ( HR. Sunan At Tirmidzi ) 
  3. Makan dengan tangan kanan.
  4. حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ أَبِيْ عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِابْنِ نُمَيْرٍ قَالُوْا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ جَدِّهِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِيْنِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِه *  رواه صحيح مسلم في كتاب الأشربة
    Nabi bersabda: ketika kalian makan dan minum hendaklah menggunakan tangan kanan, sebab sesungguhnya Syetan makan dan minum menggunakan tangan kiri. ( HR. Shohih Muslim ) 
  5. Memulai makan dengan membaca basmalah dan mengakhiri dengan hamdalah.
  6. حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيْلُ عَنْ هِشَامٍ يَعْنِيْ ابْنَ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ الدَّسْتُوَائِيَّ عَنْ بُدَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ امْرَأَةٍ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهَا أُمُّ كُلْثُوْمٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرْ إسْمَ اللهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ إسْمَ اللهِ تَعَالَى فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ *  رواه سنن أبي داود في كتاب الأطعمة الألباني صحيح
    Sesungguhnya Nabi bersabda: Ketika kalian akan makan, maka bacalah basmalah بِسْمِ اللهِ , dan jika kalian lupa, maka bacalah basmalah dan ditambahi auwaluhu wa aakhiruhu بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ. ( HR. Sunan Abu Daud )
    حَدَّثَنَا أَبُوْ سَعِيْدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ وَأَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ حَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ عَنْ رِيَاحِ بْنِ عَبِيْدَةَ قَالَ حَفْصٌ عَنْ ابْنِ أَخِيْ أَبِيْ سَعِيْدٍ وَقَالَ أَبُوْ خَالِدٍ عَنْ مَوْلًى لِأَبِيْ سَعِيْدٍ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَكَلَ أَوْ شَرِبَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ * رواه سنن الترمذي في كتاب الدعوات
    Abu Said berkata: Nabi itu ketika selesai makan atau selesai minum Nabi membaca doa الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ. ( HR. Sunan At Tirmidzi )
  7. Mengambil makanan secukupnya dan dihabiskan.
  8. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيْلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ أَيُّوْبَ حَدَّثَنِيْ أَبُوْ مَرْحُوْمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَا قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ * رواه سنن الترمذي في كتاب الدعوات الألباني حسن
    Nabi bersabda barang siapa selesai makan dan berdoa الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَا قُوَّةٍ, maka dosanya yang sudah lewat akan diampuni. ( HR. Sunan At Tirmidzi )
    وَحَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَأَبُوْ بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ قَالَ وَقَالَ إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ قَالَ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِيْ أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ * رواه صحيح مسلم في كتاب الأشربة
    Sesungguhnya Nabi ketika Makan menggunakan tiga jarinya, Anas berkata: Nabi bersabda: ketika lauk kalian jatuh, maka supaya membersihkan dan memakannya dan jangan menyisahkan untuk Syetan, Dan Nabi juga perintah kepada Kami supaya membersihkan piring/wadah makan, karena apa, karena sesungguhnya kalian tidak tau dimana makanan yang ada barokahnya. ( HR. Shohih Muslim )
  9. Tidak meniup makanan.
  10. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدِ الْكَرِيْمِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَنَفَّسَ فِيْ الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيْهِ * رواه أبو داود في كتاب الأشربة الألباني صحيح
    Ibnu Abbas berkata: Nabi melarang bernafas didalam wadah dan mengipasi/meniup apa-apa yang ada didalam wadah. ( HR. Sunan Abu Daud )
  11. Memulai dari tepi makanan.
  12. حَدَّثَنَا أَبُوْ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبَرَكَةُ تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ فَكُلُوْا مِنْ حَافَتَيْهِ وَلَا تَأْكُلُوْا مِنْ وَسَطِهِ * رواه الترمذي في كتاب الأطعمة الألباني صحيح
    Sesungguhnya Nabi bersabda: Barokah itu turun di tengah makanan, maka dari itu makanlah dari pinggirnya makanan dan jangan makan dari tengahnya. ( HR. Sunan At Tirmidzi )
  13. Tidak berbicara ketika mulut penuh dengan makanan.
  14. Tidak minum disela-sela makan ( kecuali karena suatu hal ).
  15. Mengunyah makanan dengan bibir tertutup sehingga kunnyahannya tidak bersuara.
  16. Mengambil kembali makanan yang jatuh ditempat yang bersih
  17. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِيْ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِيْ الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ وَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ بِالْمِنْدِيْلِ حَتَّى يَلْعَقَ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي فِيْ أَيِّ طَعَامِهِ الْبَرَكَةُ * رواه صحيح مسلم في كتاب الأشربة
    Nabi bersabda: Ketika lauk kalian jatuh, maka supaya mengambilnya dan membersihkan kotoran yang nempel kemudian memakannya dan jangan menyisahkan untuk Syetan, Dan jangan mengusap jari-jarinya ke kain tapi supaya di membersihkannya dengan mulut dikarenakan kita tidak tau barokah ada dimana. ( HR. Shohih Muslim )
  18. Tidak memasukan makanan ke mulut sebelum makanan didalam mulut habis.
  19. Tidak terdengar suara benturan sendok, garbu dan piring saat makan.
  20. Tidak melakukan hal-hal yang tabu ( kentut, bersendawa dan berdahak ).
  21. Ketika membersihkan makanan digigi menutup mulut dengan tangan dan tidak membuangnya dihadapan orang lain.
  22. Tidak mencela makanan
  23. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِيْ حَازِمٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ * صحيح البخاري في كتاب الأطعمة
    Abu Huroiroh berkata: Nabi itu tidak pernah mencela makanan, jika senang, maka dimakan, jika tidak senang, maka Nabi meninggalkannya. ( HR. Shohih Al Bukhori )
  24. Mendoakan kepada yang menjamu makanan.
  25. حَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ خُمَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ قَالَ نَزَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِيْ قَالَ فَقَرَّبْنَا إِلَيْهِ طَعَامًا وَوَطْبَةً فَأَكَلَ مِنْهَا ثُمَّ أُتِيَ بِتَمْرٍ فَكَانَ يَأْكُلُهُ وَيُلْقِي النَّوَى بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ وَيَجْمَعُ السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى قَالَ شُعْبَةُ هُوَ ظَنِّي وَهُوَ فِيْهِ إِنْ شَاءَ اللهُ إِلْقَاءُ النَّوَى بَيْنَ الْإِصْبَعَيْنِ ثُمَّ أُتِيَ بِشَرَابٍ فَشَرِبَهُ ثُمَّ نَاوَلَهُ الَّذِيْ عَنْ يَمِيْنِهِ قَالَ فَقَالَ أَبِيْ وَأَخَذَ بِلِجَامِ دَابَّتِهِ ادْعُ اللهَ لَنَا فَقَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْ مَا رَزَقْتَهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ * رواه صحيح مسلم في كتاب الأشربة
    Dari abdillah berkata: Nabi tinggal dirumah bapaku, akhirnya saya menghidangkan makanan untuk Nabi dan Nabi memakannya, kemudian Nabi diberi Qurma, dan Nabi memakannya, dan Nabi Menjatuhkan biji Qurma dengan dua jarinya dengan cara mengumpulkan jari telunjuk dan jari yang tengah, Syukbah berkata: saya berprasangka kalau Qurma tersebut ada di jarinya Nabi yang akan di buang, Kemudian Nabi diberi Minuman, dan Nabi meminumnya dengan menggunakan tangan kanan, Abdulloh berkata: Bapaku berkata: Saya waktu itu memegang tali kendalinya unta dan saya minta Nabi untuk mendoakan saya dan Nabi mendoakan saya اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيْ مَا رَزَقْتَهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ, Ya Alloh berikanlah mereka barokah atas rizki yang telah engkau berikan pada mereka dan ampunilah mereka serta kasihanilah mereka. ( HR. Shohih Muslim )
  26. Dalam jamuan makan berbersama :
    a. Mendahulukan yang lebih tua.
    b. Bila mau mengambil makanan cukup dilihat tidak perlu di sentuh atau dicium.
    c. Mengambil makanan yang terdekat.
    d. Tidak mengambil makanan yang dihidangkan dengan sendok yang sudah digunakan untuk makan.
    e. Tidak makan sambil bergurau.
  27. Dalam hal makan prasmanan hendaknya setelah mengambil makanan sewajarnya, agar memberi kesempatan kepada yang lain untuk mengambil makanan dengan mudah.
  28. Hendaknya makanan yanng mendekat pada mulut, bukan mulut yang menjemput/mendekat pada makanan.

Bersyukur dan kisah motivasi

Allah berfirman: “Maka dengan nikmat Tuhan kalian yang manakah yang bisa kalian dustakan?” (Ar-Rahmaan: 16) Ayat ini diulang berkali – kali dalam surat Ar-Rahmaan. Ketika membacanya sering dua mata ini mengalir tanpa sadar. Banyak kekurangan dalam diri ini dalam masalah bersyukur. Dan tentu kekhawatiran bila termasuk dalam golongan orang yang mendustakan nikmat – kurang bersyukur kepada Allah.

Dikisahkan, Nabi Musa AS memiliki umat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Ada golongan yang kaya dan ada juga golongan yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa AS. Ia kelihatan begitu miskin, pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh lagi berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Nabi Musa AS, “Ya Nabi Allah, tolong sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini, agar Allah SWT menjadikan aku orang yang kaya.”

Nabi Musa AS tersenyum dan berkata kepada orang itu, “Saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah SWT. Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, ” Bagaimana aku mau banyak bersyukur, sedangkan aku jarang dapat makan, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu pasang ini saja! “Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Tidak lama kemudian ada seorang kaya datang menghadap Nabi Musa AS. Orang tersebut bersih badannya, juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa AS, “Wahai Nabi Allah, tolong sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini, agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin. Kadang kala aku merasa terganggu dengan hartaku itu.”
Nabi Musa AS pun tersenyum, lalu ia berkata, “Wahai saudaraku, jangan begitu, teruslah kamu bersyukur kepada Allah SWT.”
“Ya Nabi Allah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Allah SWT?. Allah SWT telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. Telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah SWT telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya”, jawab si kaya itu. Akhirnya si kaya itu pun pulang ke rumahnya.
Kemudian yang terjadi adalah si kaya itu semakin Allah SWT tambah kekayaannya kerana ia selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah SWT mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaian pun yang melekat di tubuhnya. Ini semua karena ia tidak mau bersyukur kepada Allah SWT. Jelas beda antara bersyukur dan tidak bersyukur.
Di belahan bumi yang lain, suatu hari dalam sebuah perjalanan bus antar kota Semarang - Yogyakarta, ada seorang ibu menggendong bayinya menyetop bus yang sudah penuh sesak. Sayangnya, sepanjang perjalanan, bayi itu terus - menerus menangis hingga mengganggu semua penumpang. Entah setan mana yang membisiki hati semua penumpang dan awak bus, tega-teganya mereka sepakat menurunkan ibu dan bayi dalam gendongannya di di tengah jalan. Sebab mereka merasa dengan menurunkan ibu dan bayinya bisa meneruskan perjalanan dengan tenang.
Dengan tertatih - tatih si ibu berdiri di pinggir jalan mencoba menyetop kendaraan yang lewat. Setelah mendapatkan tumpangan dan berjalan beberapa kilometer, tiba-tiba jalanan macet luar biasa. Rupanya ada kecelakaan maut yang merenggut nyawa seluruh penumpang sebuah bus di depan. Ketika kendaraan yang dinaiki ibu itu melewati bus maut tersebut, terkesiaplah dia. Rupanya bus yang hancur dan penumpangnya tewas itu adalah bus yang tadi dinaikinya, dimana dia diturunkan oleh awak bus itu di tengah jalan gara-gara tangis bayinya. Rupanya Allah SWT memberi kasih sayangnya lewat tangisan bayinya dan melepaskannya dari maut. Tak henti-hentinya dia bersykur kepada Allah SWT. Apa jadinya bila dia tadi masih tetap ada di bus itu ? Tiada kata yang lebih indah daripada bersyukur.
Di suatu tempat aku dan sahabatku berbincang-bincang : “Ya…aku mengerti apa yang kau alami, tidak hanya kamu akupun sendiri pernah mengalami dan mungkin banyak orang lainnya. Sekarang aku akan ambil satu kertas putih kosong dan aku tunjukkan padamu, apa yang kamu lihat ?”, ucapku lirih.
“Aku tidak melihat apa-apa semuanya putih”, jawabnya lirih. Sambil mengambil spidol hitam dan membuat satu titik ditengah kertasnya, aku berkata “Nah..sekarang aku telah beri sebuah titik hitam di atas kertas itu, sekarang gambar apa yang kamu lihat?”.
“Aku melihat satu titik hitam”, jawab sahabatku dengan cepat.
“Pastikan lagi !”, timpalku.
“Titik hitam”, jawab sahabatku dengan yakin.
“Sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Kenapa engkau hanya melihat satu titik hitam saja dari kertas tadi? Cobalah rubah sudut - pandangmu, menurutku yang kulihat bukan titik hitam, tapi tetap sebuah kertas putih meski ada satu noda didalamnya. Aku melihat lebih banyak warna putih dari kertas tersebut sedangkan kenapa engkau hanya melihat hitamnya saja dan itu pun hanya setitik ?”. Jawabku dengan lantang,
“Sekarang mengertikah kamu ?, Dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidupmu tergantung dari sudut pandangmu memandang hidup itu sendiri. Jika engkau selalu melihat titik hitam tadi yang bisa diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup, maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan menemani dalam hidupmu, sepanjang waktu”.
“Cobalah fahami, bukankah disekelilingmu penuh dengan warna putih, yang artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kamu, kamu masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh dan sehat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari istrimu daripada kekurangannya, berapa banyak suami-suami yang kehilangan istrinya ? Juga begitu banyak kebaikan dari pekerjaanmu dilain sisi banyak orang yang antri dan menderita karena mencari pekerjaan. Begitu banyak orang yang lebih miskin bahkan lebih kekurangan daripada kamu, kamu masih memiliki rumah untuk berteduh, aset sebagai simpananmu di hari tua, tabungan , asuransi dan teman-teman yang baik yang selalu mendukungmu. Kenapa engkau selalu melihat sebuah titik hitam saja dalam hidupmu ?”
Sudut pandang sangat berpengaruh terhadap cara bagaimana kita bisa bersyukur.
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan. ”Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?”
Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, ”Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian...” Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid.
”Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu...”
Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, ”Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini.”
Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. ”Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu!”
Pak Guru tersenyum. Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya. Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung. Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang.
”Pak Guru... Pak, saya belum bercerita.”
Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.
”Maaf, silakan, ayo berbagi dengan kami semua,” ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
”Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?” ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.
”Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu.”
Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.
Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, ”Hah? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon. Buku Telepon? Betapa menyedihkan... Hahaha...”
Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, ”Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?” Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
”Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silakan teruskan, Nak...” Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara. ”Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan. Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi.”
Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.
”Tapi, kini Papa telah berubah. Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya. Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya. Dan kini, Papa berhasil. Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi.”
”Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon ? Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi. Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya.”
Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir. ”Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti...”
Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk. Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan. Mereka juga belajar satu hal : ”Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain. Sekecil apapun... Sebesar apapun...bersyukur bersama – sama.
Cerita dari saudaraku mas teguh

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...