Sabtu, 08 Desember 2012

PERANAN TEMAN PERGAULAN BAGI KEFAHAMAN AGAMA

repost from ust. IM :








Salah satu praktek dari usaha “menjaga hidayah” yang paling efektif adalah; Di mana saja kita berada hendaklah senantiasa berusaha untuk bergaul dengan orang2 yang sholih serta menempatkan diri di lingkungan mereka, sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah Saw;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ. رواه أبو داود: ٤٨٣٥ و الترمذي: ٢٣٧٨
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw bersabda; Seseorang atas agama “kekasih” (teman dekat)nya maka hendaklah setiap kalian memperhatikan kepada siapakah dia berteman dekat. HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. (Hasan)

Ilmu2 agama berupa dalil2 Qur’an Hadits serta nasehat dari para penasehat di dalam jamaah akan menghasilkan "an-Nur" (kefahaman yang bersinar terang di dalam hati) jika di sekeliling kita adalah jamaah2 yang faham yang istiqamah di dalam ketaatan, merekalah yg seringkali menjadi penyemangat serta sumber inspirasi bagi kita untuk mengamalkan semua ilmu QH yg telah kita kaji dalam kehidupan sehari2.

Abah (KH. Nurhasan) almarhum dahulu membuat perumpamaan bahwa putihnya beras bukan karena tumbukan “alu” (kayu untuk menumbuk padi) melainkan karena gesekan sesama beras itu sendiri, maksud gambaran tsb adalah; munculnya kefahaman yg mantap seringkali bukan semata2 dari ilmu yg kita terima langsung dari guru melainkan dari interaksi (saling mengingatkan dan saling menasehati) sesama jamaah dalam kehidupan sehari2.

Sebagai contoh ketika keimaman nasehat tentang keutamaan menghafalkan al-Qur’an, kemudian diperkuat dan ditindak-lanjuti oleh kepengurusan di daerah dengan membuat program2 yg tersusun dengan baik, maka dg sendirinya jamaah di daerah tersebut terkondisi untuk menghafalkan al-Qur’an, sehingga bukan hal yg “ajaib” jika kemudian di daerah tsb para jamaahnya hafal al-Qur’an, setidak2nya (yg paling lemah hafalannya) mampu menghafal satu atau dua juz dari al-Qur’an.

Contoh lagi, jika kita amati daerah2 yang betul2 fokus dengan program pembinaan generasi penerus (khususnya muda-mudi), dimana program2 tsb secara tdk langsung mengkondisikan para muda-mudi jamaah untuk kerap berinteraksi satu dengan lainnya, maka hasilnya “luar biasa”, rata2 muda-mudi di jamaah tsb mempunyai faham jamaah yg mantap, dg “militansi” QHJnya yg sangat membanggakan. ini semua adalah bukti nyata dari apa yg telah disabdakan oleh Rasulullah Saw:

عن أبي موسى رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مثل الجليس الصالح والجليس السوء كمثل صاحب المسك وكير الحداد، لا يعدمك من صاحب المسك إما تشتريه أو تجد ريحه، وكير الحداد يحرق بدنك أو ثوبك أو تجد منه ريحا خبيثة. رواه البخاري : ١٩٩٥
Dari Abi Musa Ra dia berkata Rasulullah Saw bersabda; Perumpamaan teman yg sholih dan teman yg jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pembakaran besi, dapat dipastikan bahwa dari penjual minyak wangi adakalanya kamu membeli minyak itu atau setidaknya kamu mencium bau wanginya, sedangkan dari pembakaran besi kalau tidak membakar badanmu atau pakaianmu, atau setidaknya kamu mencium bau (asap) yang jelek. HR. al-Bukhari.

PENGARUH DARI LINGKUNGAN (PERGAULAN) YG TIDAK BAIK

Sebaliknya “daerah” yang tidak terlalu care dengan program pembinaan generasi penerus, sehingga para muda-mudinya jarang bisa bertemu apalagi berinteraksi satu dg yg lainnya, waktu mereka lebih banyak dihabiskan dengan kegiatan2 bersama teman2nya “di luar”, biasanya kefahaman muda-mudi di daerah tersebut menjadi sangat rapuh.

Hati mereka menjadi “gersang”, hilang semangat serta daya juangnya, sama sekali tidak dapat merasakan “istimewa”nya menjadi “orang jamaah”, kemudian muncul anggapan bahwa jamaah dan tidak jamaah sama saja, termasuk dampak yg parah adalah; rusaknya mental serta akhlaq mereka sehingga diantara mereka ada yg terjerumus pada kehidupan yg penuh dg kemaksiatan, antara lain pergaulan bebas, narkoba dsb.

Jika di sekeliling kita adalah orang2 yg tidak faham, maka sebanyak apapun ilmu2 yang kita dapatkan akan semuanya itu akan “membusuk dengan sia-sia”, sebagai contoh walaupun kita mengaji berkali2 khatam bab pakaian, khususnya kaum lelaki pakaian bawahnya (celana atau sarung dan sejenisnya) di mana Rasulullah Saw menegaskan bahwa pakaian lelaki yg “ngelembreh” ancamannya adalah neraka.

Namun jika di sekeliling kita adalah orang2 yg ngelembrehkan pakaian, maka dengan sendirinya ilmu yg sudah kita dapatkan tentang aturan berpakaian tsb akan menjadi sia2 karena tidak akan pernah dipraktekkan, hal ini dapat kita lihat dari fenomena di luar Jamaah umumnya para kiyai dan ustadz lulusan dari Mesir dan Saudi bahkan takhassus (jurusan) di bidang ilmu Hadits tapi ternyata pakaian bawahnya tetap “nglembreh”. Ini menjadi bukti bahwa pengaruh lingkungan mempunyai daya tarik yg lebih kuat disbanding dalil2 QH. Allahu A’lam

Demikian pula dengan para muda-mudi jamaah, walaupun berkali2 dimanquulkan dalil2 yg menunjukkan bab keharamannya berpacaran serta perbuatan (pelanggaran) yang mendekatkan pada perzinaan antara lain; telphon2an, sms2an, chatting dsb, namun dikarenakan lingkungan di sekitarnya, yakni teman2 pergaulannya adalah mereka yg biasa dengan perbuatan2 haram tsb maka dalil serta nasehat yg diterima setiap acara sambung (pengajian) juga akan sia sia.

KESIMPULAN

Ijtihad “amrin jamiin” di dalam jamaah seperti sambung rutin di kelompok, desa dan daerah serta kegiatan2 yg lainnya selain merupakan ibadah dg ganjaran yg luar biasa, ternyata juga bagian dari upaya menempatkan diri di “zona aman” dari gangguan setan serta bala tentaranya, sebab dg tertib menghadiri sambung jamaah maka berarti kita senantiasa berada di lingkungan orang2 yg diistimewakan oleh Allah dg hidayahNya, perilaku2 akhlaqul karimah sebagian dari jamaah misalnya ada yg penyabar, ada yg ahli shodaqoh, ada yg ahli puasa sunnah dsb menjadi "perangsang" bagi jamaah yg lainnya untuk melakukan hal yg sama.

Sebaliknya orang jamaah yg menjauhkan diri dari acara sambung, serta kegiatan “amrin jamiin” yg lainnya di dalam jamaah, sadar atau tidak sadar, sebenarnya dia telah memposisikan diri; bagaikan domba yang nyasar ke dalam sarang serigala2 yang kelaparan (semoga Allah membimbingnya untuk kembali tertib di dalam sambung jamaah).

Mudah2an Allah menetapkan kita di dalam hidayahNya, dan mudah2an artikel ini bermanfaat setidaknya bagi diri sy sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...