Minggu, 26 Februari 2017

Adab mencari ilmu Bagian 8




(Untuk poin ini inya Alloh akan sedikit kita perbanyak pembahasannya, sebab menurut saya sangat penting, dan banyak ngeneki kita, terutama penulis)

14- hati-hati dengan riyak.
a- pengertian riyak.
memperlihatkan amalan kepada orang lain dengan tujuan mendapat sanjungan, harta atau kedudukan.
Istilah yang serupa adalah sum'ah, yaitu:
memperdengarkan amalan kepada orang lain dengan tujuan mendapat sanjungan, harta atau kedudukan
Cara seseorang memamerkan amalan, bermacam2 diantaranya:
Secara langsung memperlihatkan, amalan yang dihias- hiasi.
Atau menceritakan amalan yang tidak dilihat orang lain.
Atau memamerkan astar ibadah, contoh menampilkan, wajah kusut seakan2 telah beridah semalam suntuk.
Atau beragaya hkusuk, tawadhuk, supaya dikatan hkusuk atau tawdhuk...
B- Riyak adalah dosa besar.
إنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوا إلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا اُنْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً. (أحمد)
Yang sangat aku hawatirkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riyak, pada hari qiamat ketika Alloh membalas amalan2 manusia, Alloh berfirman: pergilah kepada orang yang kalian pameri diduniya, lihatlah apakah mereka bisa memberi imbalan??
Selain hadis2 yang menerangkan dosanya Riyak, buruknya Riyak juga bisa kita lihat dari ayat yang menyebut riyak sebagai sifat orang munafik.
C. Indikasi riyak dikalangan tolib ilmu.
Riyak dikalangan tholib ilmu seperti penyakit yang mewabah, bahkan hampir tidak ada yang selamat, kecuali orang2 yang dijaga oleh Alloh, terutama dikalangan tholib zaman sekarang.
Maka sangat penting sekali bagi kita untuk mengetahui indikasi2 riyak dikalangan tholib ilmu, untuk menjaga diri jangan sampai terjerumus kedalam dosa riya, dan untuk saling mengingatkan, bukan untuk menghukumi orang lain.
"Mendung tak berarti hujan", adanya gejala riyak pada seseorang bukan berarti dia melakukan riyak. Prinsip seperti ini kita terapkan dalam menilai orang lain.
Adapun untuk diri sendiri, prinsip kehati-hatian selalu kita terapkan, dan menjauhkan diri sejauh2nya dari riyak.
indikasi2 riyak itu diantaranya:
1- senang berfatwa dan tampil didepan.
Sebagai gambaran kondisi para tholib ilmu zaman sekarang, bisa kita baca kembali postingan sauda mohammad hafizd alkayyis, tentang perbandingan pembicara zaman dulu dan sekarang (saya ingin kopi disini tapi tidak bisa ).
ketika seseorang dicoba senang tampil didepan umum padahal belajarnya masih setengah2, selain bahaya riyak yang mengintai, bahaya yang lebih besar adalah kemungkinan menyampaikan pengertian2 yang salah, sehingga terjadi ضلوا وأضلوا
Adapun jika seseorang terpaksa tampil mengajar dsb karena dapuan, maka supaya berhati, dengan memastikan bahwa yang akan disampaikan sudah benar dan berusaha menjaga niat.
Ulamak2 terdahulu baik dari generasu shohabat atau generasi setelahnya, adalah contoh terbaik bagi kita, mereka adalah orang yang paling berilmu dan paling mutawarik, akan tetapi mereka sangat sangat berhati dalam memberi fatwa, bahkan tidak jarang mereka menolak untuk berfatwa dan melemparkannya kepada orang lain, sangat berbeda sekali dengan kebanyakan tholib ilmu sekarang.
Abu dawud assijistani berkata:
ما أحصى ما سمعت أحمد سئل عن كثير مما فيه الاختلاف في العلم فيقول لا أدري . (مسائل اﻹمام أحمد)
Aku tidak bisa menghitung berapa kali aku mendengar imam ahmad ditanya masalah yang terdapat hkilafiyah didalamnya, kemudian dia menjawab tidak tahu.
سأل رجل الإمام مالك بن أنس عن مسألة فقال لا أدري فقال يا أبا عبد الله تقول لا أدري قال نعم فأبلغ من ورائك أني لا أدري . (عبد الرحمن بن مهدي: إعلام الموقعين)
Seorang laki2 bertanya kepada imam malik, kemudian dijawab aku tidak tahu, laki2 itu berkata: wahai abu abdillah mengapa engkau menjawab tidak tahu? Imam malik berkata: iya, aku tidak tahu dan katakan kepada orang2 dibelakangmu bahwa aku tidak tahu.
أدركت عشرين و مائة من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم في المسجد ، فما كان منهم محدث إلا ود أن أخاه كفاه الحديث ، ولا مفت إلا ود أن أخاه كفاه الفتيا. ( عبد الرحمن ابن أبي ليلى : جامع بيان العلم وفضله)
Aku menjumpai seratus dua puluh shahabat Rosululloh shollallohu alaihi wasallam didalam masjid, tidak satupun dari mereka menyamapaikan kecuali sebelumnya dia berharap jika saudaranyalah yang menyapaikan hadis itu, begitu pula yang berfatwa, pasti sebelumnya dia berharap jika saudaranya yang berfatwa.
أَجْرَأُ النَّاسِ عَلَى الْفُتْيَا أَقَلُّهُمْ عِلْمًا ، يَكُونُ عِنْدَ الرَّجُلِ الْبَابُ الْوَاحِدُ مِنَ الْعِلْمِ ، فَيَظُنُّ أَنَّ الْحَقَّ كُلَّهُ فِيهِ ( سحنون بن سعيد: جامع بيان العلم وفضله)
Orang paling berani berfatwa orang yang paling sedikit ilmunya, seorang laki- laki hanya mengetahui satu bab ilmu, kemudian dia menyangka bahwa seluruh kebenaran ada didalamnya.
ﻻ ينبغي للرجل أن يعرض نفسه للفتيا حتى يكون فيه خمس خصال :
إحداها :: أن تكون له نية ، أي أنْ يخلص في ذلك لله تعالى ، ولا يقصد رياسة ولا نحوها ، فإن لم يكن له نية لم يكن عليه نور ، ولا على كلامه نور،إذ الأعمال بالنيات ولكل امرئ ما نوى .
الثانية : أن يكون له حلم ووقار وسكينة ، و إلا لم يتمكن من فعل ما تصدى له من بيان الأحكام الشرعية .
الثالثة : أن يكون قويًا على ما هو فيه وعلى معرفته ، و إلا فقد عرض نفسه لعظيم .
الرابعة : الكفاية و إلا أبغضه الناس ، فإنه إذا لم تكن له كفاية احتاج إلى الناس ، وإلى الأخذ مما في أيديهم فيتضررون منه .
الخامسة : معرفة الناس . (اﻹمام أحمد: كشاف القناع)
Tidaklah boleh bagi seorang laki-laki memberanikan diri untuk berfatwa, sehingga memilki beberapa perkara:
1- niat (yang benar), yaitu murni niat karna Alloh dalam berfatwa, tidak untuk mencari jabatan dan semisalnya, jika dia tidak punya niat (baik), maka dia tidak memilki cahaya, dan ucapanya juga tidak bercahaya, sebab semua amal tergantung pada niat, dan setiap orang hanya mendapat seseuai niatnya.
2- bijaksana dan tenang (tidak tergesa2), jika tidak, maka tidak akan bisa mengerjakan pada apa yang telah disanggupinya, yaitu menjelaskan syariat.
3- mampu dan mengerti dengan tugasnya (sebagai) mufti, jika tidak berarti dia telah menjerumuskan diri pada perkara yang besar.
4- berkecukupan, jika tidak maka akan dibenci orang, sebab jika dia tidak berkecukupan maka akan membutuhkan (pemberian orang lain), dan mengambil milik mereka, sehingga mereka merasa dirugikan.
5- mengenal (kondisi dan karakter) manusia (ditempat dia memberi fatwa)
Bersambung
BY:Pak Abdullah Masud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...