Jumat, 17 Februari 2012

THOBI'AT MU'MIN



Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: “Sesungguhnya termasuk dari sebagian akhlaqnya orang iman adalah:
  1. Quwwatan fii diinin (kuat dalam urusan agama), artinya orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, keyakinannya tidak mudah terpengaruh oleh keadaan, dan tidak lemah karena cobaan
  2. Wahazman fii liinin (tegas dalam lunak), aartinya orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas dalam mengambil sikap, berlapang dada, mudah menerima nasehat/pitutur dan pengarahan serta tidak membela diri karena khawatir jatuh harga dirinya, merasasak dermo, hatinya gampang untuk diajak maju, berprestasi yang lebih baik dan menuju kea rah kesempurnaan.
  3. Wa-iimaanan fii yaqiinin (beriman dalam yakin), artinya orang yang beriman itu keimanannya mantap, yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan, tidak ragu-ragu dalam menunjukkan kebenaran, rela berkorban untuk suksesnya cita-cita kebenaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.
  4. Wahirshon fii ‘ilmin (haus dalam ilmu), artinya orang yang beriman itu selalu mengharapkan bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan kebenaran, tidak kenyang-kenyangnya mencari ilmu selama hayat masih di kandung badan.
  5. Wasyafaqotan fii miqotin (takut dalam ketenangan), artinya orang yang beriman itu harus selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sholih yang telah dikerjakan itu belum cukup untuk bekal menghadap Alloh, sehingga mempunyai semangat yang tinggi untuk beramal lebih banyak, juga merasa berbahagia, tentram, tenang karena usahanya itu pasti berakhir dengan kemenangan, menerima keridhoan dari Alloh yaitu berupa surga Alloh dan selamat dari neraka Alloh.
  6. Wahilman fii ‘ilmin (tabah dalam ilmu), artinya orang yang beriman itu mempunyai sifat tekun, telaten, tabah, tidak gampang putus asa/harapan dalam mencari ilmu, sabar dan aris hatinya dalam menimba ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
  7. Waqoshdan fii ghinaa (sederhana dalam kaya), artinya orang yang beriman itu mempunyai sifat sederhana dalam hidup walaupun kaya raya tetapi ia mengerti haqnya harta sehingga berani ngebosi terhadap perjuangan aagama Alloh.
  8. Watajammulan fii faaqotin (berhias/bersolek dalam kemelaratan), artinya orang yang beriman itu mempunyai sifat selalu menjaga kebersihan walaupun papa sengsara, melarat, miskin ia mau merias diri, merawat diri dan selalu menjaga harga dirinya sebagai orang iman (tetap berbudi luhur).
  9. Wataharrujan ‘an thoma’in (merasa dosa dari perbuatan serakah), artinya orang yang beriman itu merasa dosa terhadap perbuatan tamak/rakus/serakah, hidupnya sederhana tidak nggerangsang (selalu merasa kurang terus), tidak ngongso-ongso (memporsir diri), bisa menerima dari pemberian Alloh, bisa nerimo ing pandum tetapi tetap terus sambil berusaha.
  10. Wakasban fii halaalin (bekerja dalam halal), artinya orang yang beriman itu selalu bekerja dari suatu pekerjaan yang halal.
  11. Wabirron fistiqoomatin (baik dalam stabil), artinya orang yang beriman itu selalu istiqomah, continue dalam melakukan kebaikan.
  12. Wanasyaathon fii hudaa (terampil dalam petunjuk), artinya orang yang beriman itu selalu terampil, trengginas/semangat dalam memperjuangkan agama. Tidak BAKMI (bosen, aras-arasen, keset, males, isin), bot-boten ( merasa keberatan), berat hati akan tetapi ringan kaki dan tangan aliasentengan dan rajin.
  13. Wanahyan ‘an syahwatin (menahan hawa nafsu), artinya orang yang beriman itu dapat mengendalikan diri, tidak selalu menuruti syahwat/hawa nafsu dan keinginan yang tidak bermanfa’at.
  14. Warohmatan lilmajhuudi (kasih sayang pada yang lemah), artinya orang yang beriman itu selalu kasih sayang kepada orang iman yang jatuh menderita, miskin, berat dalam menghadapi kehidupan.
  15. Wa-innal mu’mina min ‘ibaadillaah laa yahiifu ‘alaa man yubghidhu (sesungguhnya orang iman dari hamba Alloh itu tidak terpengaruh atas orang yang marah-marah), artinya orang yang beriman itu tidak menyimpang dari garis-garis kebenaran meskipun terhadap orang yang paling sering membikin marah dan geram.
  16. Walaa ya’tsamu fii man yuhibbu (tidak berdosa dalam orang yang disenangi), artinya orang yang beriman itu cintanya kepada seseorang tidak menyebabkan/menimbulkan pelanggaran, tidak menerjang larangan-larangan agama sehingga melakukan perbuatan dosa.
  17. Walaa yudhoyyi’u mastuudi’a (tidak menyia-nyiakan/meremehkan/menyelewengkan titipan) jika ada titipan segera menyerahkan kepada yang berhak menerimanya, bisa amanah.
  18. Walaayahsudu walaa yath’anu walaa yal’anu (tidak dengki, tidak mencela, tidak melaknat), artinya orang yang beriman itu tidak punya sifat dengki, tidak suka menuduh jelek kepada sesame orang iman dan tidak suka melaknati.
  19. Waya’tarifu bilhaqqi wa-in lam yusyhadu ‘alaihi (mengetahui pada kebenaran walaupun tidak disaksikan atasnya), artinya orang yang beriman itu selalu mengakui kesalahan yang diperbuat walaupun tidak ada orang yang menyaksikan perbuatannya tersebut, bisa bertaubat atas pelanggarannya meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan.
  20.  Walaa yatanaabazu bil alqoobi (tidak memanggil dengan julukan jelek), artinya orang yang beriman itu tidak mau memanggil dengan panggilan yang menyakitkan hati, seperti “hai kafir, fasiq, munafik, dan lain sebagainya.
  21. Fish sholaati mutakhosyi’an ilaz zakaati musri’aa (dalam mengerjakan sholat-sholatnya khusyu’, bersegera menunaikan zakat), artinya orang iman itu selalu khusyu’ dalam mengerjakan sholatnya dan bersegera mengeluarkan zakatnya bila hartanya sudah sampai pada nishobnya.
  22. Fiz zalaazili waquuroo (dalam kegoncangan merasa tenang), artinya orang iman itu selalu bisa sabar, tabah dan tahan uji serta tenang dalam menghadapi fitnah, cobaan dan gegeran.
  23. Fir rokhoo-i syakuuroo (dalam longgar bersyukur), artinya orang yang beriman itu memperbanyak bersyukur kepada Alloh di waktu longgar, aman fii amanillah.
  24. Qooni’an billadzii lahu laa yadda’ii maa laisa lahu (menerima apa yang telah menjadi miliknya tidak mengaku-ngaku apa yang tidak menjadi miliknya), artinya orang iman itu selalu mau menerima apa yang telah menjadi miliknya, nerima apa adanya, dan tidak mau mengaku-ngaku terhadap apa yang bukan miliknya.
  25. Walaayujmi’u fil ghoidhzi (tidak menumpuk-numpuk dendam), artinya orang yang beriman itu tidak menanam dendam kesumat, dan tidak menyimpan dendam yang dapat membawanya kepada permusuhan, kerusakan sesame mukmin.
  26. Walaa yaghlibuhusy syuhhu ‘an ma’ruufin yuriiduhu (sifat pelit tidak mengalahkan padanya dari kebaikan yang ia kehendaki), artinya orang yang beriman itu tidak terhalang oleh sifat kikir dan bakhil/pelitnya untuk berbuat kebaikan, meski hatinya merasa berat, owel, tetapi karena terhadap urusan kebaikan, maka ia pun mau mengerjakannya.
  27. Yukhoolithun naasa kay ya’lama wayunaathiquhum kay yafhama (bergaul kepada manusia supaya mengetahui dan berbicara kepada mereka agar memahami), artinya orang yang beriman itu mau bergaul dengan manusia pada umumnya walaupun terhadap yang berbeda pendapat/faham/agama/golongan/ras/suku/marga, dam mau berbicara, berdialogh dan musyawaroh dengan mereka namun tidak terpengaruh malah mendapakan kepahaman
  28. Wa-indhzulima wabughiya ‘alaihi shobaro hattaa yakuunur rohmaanu huwal ladzii yantashiru lahu (jika dianiaya, didurhakai atasnya ia bisa sabar sehingga Yang Maha Pengasihlah yang akan menolongnya), artinya orang yang beriman itu jika dianiaya ia tetap bisa sabar sehingga Alloh Yang Maha Pengasih memberikan pertolongan kepadanya. “ (HR. Hakim dan Tirmidzi).
oleh Noshikido Abde pada 13 Februari 2012 pukul 10:43 ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...