Jumat, 17 Februari 2012

Salib Tertua dan Terkeramat


Salib tertua dan terkeramat adalah Salib Shalbut. Di atas Salib itulah diyakini Yesus pernah disalib oleh kaum Yahudi atas perintah raja mereka yang bernama Dawud. Mungkin diberi nama Shalbut karena kayunya adalah kayu Shalbut. Ketika Perang Salib Tiga berlangsung Salib ini pernah direbut pasukan Shalahuddiin; dan sontak kaum Nashrani pembawa-pembawanya menjadi lemah dan putus-asa. Ibnul-Atsir menjelaskan:

“وأخذ المسلمون صليبهم الأعظم الذي يسمونه صليب الصلبوت، ويذكرون أن فيه قطعة من الخشبة التي صلب عليها المسيح، عليه السلام، بزعمهم، فكان أخذه عندهم من أعظم المصائب عليهم، وأيقنوا بعده بالقتل والهلاك، هذا والقتل والأسر يعملان في فرسانهم ورجالتهم .

Artinya:

Orang-orang Islam merebut Salib paling agung yang mereka namakan Salib Shalbut. Mereka menjelaskan ‘di dalam Salib Shalbut tersebut ada kayu yang dulu dipergunakan menyalib Al-Masih AS’ menurut keyakinan mereka. Konon penyitaan Salib Shalbut dari mereka merupakan musibah terbesar bagi mereka. Mereka yakin akan segera terrenggut kematian dan kerusakan. Inilah kenyataan, pembunuhan dan penawanan pun bertubi-tubi melanda para pasukan berkuda maupun angkatan darat mereka.”

Hanya saja pengikut Isa AS tidak menyembah Salib sebelum ada Raja Qusthantin (Konstantin). Tigaratus tahun setelah Yesus (Isa AS) diangkat ke langit, Raja Qusthantin (قسطنطين) mengikuti ajakan ibunya menjadi pengikut Isa AS. Raja Romawi yang pertama-kali menjadi Nashrani inilah yang memaksa pengikut Isa AS agar menyembah Salib. Dia membakar siapa saja yang membangkang perintahnya. Cukup banyak orang yang meninggal-dunia dalam keadaan matang karena kekejaman tersebut. Tetapi keinginannya tercapai: mulai sejak itu Salib disembah. Bukhari juga pernah menyebutkan Salib:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ « هَلْ تُضَارُونَ فِى رُؤْيَةِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ إِذَا كَانَتْ صَحْوًا » . قُلْنَا لاَ . قَالَ « فَإِنَّكُمْ لاَ تُضَارُونَ فِى رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ يَوْمَئِذٍ ، إِلاَّ كَمَا تُضَارُونَ فِى رُؤْيَتِهِمَا - ثُمَّ قَالَ - يُنَادِى مُنَادٍ لِيَذْهَبْ كُلُّ قَوْمٍ إِلَى مَا كَانُوا يَعْبُدُونَ . فَيَذْهَبُ أَصْحَابُ الصَّلِيبِ مَعَ صَلِيبِهِمْ ، وَأَصْحَابُ الأَوْثَانِ مَعَ أَوْثَانِهِمْ ، وَأَصْحَابُ كُلِّ آلِهَةٍ مَعَ آلِهَتِهِمْ حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ ، وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ ، ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ قَالُوا كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ . فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ فَمَا تُرِيدُونَ قَالُوا نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا ، فَيُقَالُ اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِى جَهَنَّمَ ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ فَيَقُولُونَ كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ . فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ ، فَمَا تُرِيدُونَ فَيَقُولُونَ نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا . فَيُقَالُ اشْرَبُوا . فَيَتَسَاقَطُونَ حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ فَيُقَالُ لَهُمْ مَا يَحْبِسُكُمْ وَقَدْ ذَهَبَ النَّاسُ فَيَقُولُونَ فَارَقْنَاهُمْ وَنَحْنُ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَيْهِ الْيَوْمَ وَإِنَّا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِيَلْحَقْ كُلُّ قَوْمٍ بِمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ . وَإِنَّمَا نَنْتَظِرُ رَبَّنَا - قَالَ - فَيَأْتِيهِمُ الْجَبَّارُ . فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ . فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا . فَلاَ يُكَلِّمُهُ إِلاَّ الأَنْبِيَاءُ فَيَقُولُ هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ فَيَقُولُونَ السَّاقُ . فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ ، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً ، فَيَذْهَبُ كَيْمَا يَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا ، ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَىْ جَهَنَّمَ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْجَسْرُ قَالَ « مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ ، لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ تَكُونُ بِنَجْدٍ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ ، الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ ، فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِى نَارِ جَهَنَّمَ ، حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا ، فَمَا أَنْتُمْ بِأَشَدَّ لِى مُنَاشَدَةً فِى الْحَقِّ ، قَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِ يَوْمَئِذٍ لِلْجَبَّارِ ، وَإِذَا رَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ نَجَوْا فِى إِخْوَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِخْوَانُنَا كَانُوا يُصَلُّونَ مَعَنَا وَيَصُومُونَ مَعَنَا وَيَعْمَلُونَ مَعَنَا . فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ . وَيُحَرِّمُ اللَّهُ صُوَرَهُمْ عَلَى النَّارِ ، فَيَأْتُونَهُمْ وَبَعْضُهُمْ قَدْ غَابَ فِى النَّارِ إِلَى قَدَمِهِ وَإِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ ، فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ، ثُمَّ يَعُودُونَ فَيَقُولُ اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا ، ثُمَّ يَعُودُونَ فَيَقُولُ اذْهَبُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ . فَيُخْرِجُونَ مَنْ عَرَفُوا » . قَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَإِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِى فَاقْرَءُوا ( إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا ) « فَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَالْمُؤْمِنُونَ فَيَقُولُ الْجَبَّارُ بَقِيَتْ شَفَاعَتِى . فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا قَدِ امْتُحِشُوا ، فَيُلْقَوْنَ فِى نَهَرٍ بِأَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الْحَيَاةِ ، فَيَنْبُتُونَ فِى حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِى حَمِيلِ السَّيْلِ ، قَدْ رَأَيْتُمُوهَا إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ إِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ ، فَمَا كَانَ إِلَى الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ ، وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ اللُّؤْلُؤُ ، فَيُجْعَلُ فِى رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِيمُ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فَيَقُولُ أَهْلُ الْجَنَّةِ هَؤُلاَءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ أَدْخَلَهُمُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلاَ خَيْرٍ قَدَّمُوهُ . فَيُقَالُ لَهُمْ لَكُمْ مَا رَأَيْتُمْ وَمِثْلُهُ مَعَهُ » .

Artinya:
Dari Ai Sa’id: “Kami pernah berkata ‘ya Rasulallah, bukankah di hari kiamat nanti kita akan melihat Tuhan kita?’. Nabi bersabda ‘apakah kalian merasa kesulitan melihat matahari dan bulan ketika terang benderang?’. Kami menjawab ‘tidak’. Nabi bersabda ‘sungguh kalian di hari itu takkan kesulitan melihat Tuhan kalian kecuali hanya bagaikan kalian kesulitan menyaksikan keduanya’, lalu besabda lagi ‘akan ada penyeru yang menyerukan semua kaum agar datang menuju yang dulunya mereka sembah!’. Tak lama kemudian para penyembah Salib bergerak bersama Salib mereka. Para penyembah berhala bergerak bersama berhala mereka. Semua kaum bergerak bersama Tuhan-Tuhan mereka. Akhirnya yang tersisa hanyalah orang yang menyembah Allah yang baik maupun yang jelek, dan sisa-sisa ahli kitab.

Lalu Jahanam akan didatangkan, bentuknya mirip sekali fatamorgana. Selanjutnya dikatakan pada umat Yahudi ‘apa yang dulu kalian sembah?’. Mereka menjawab ‘kami dulu menyembah Uzair Putra Allah’. Akan dilontarkan jawaban ‘kalian telah bohong. Allah mutlak tidak beristri maupun berputra. Lalu apa yang kalian inginkan?’. Mereka berkata ‘kami ingin Tuhan memberi minum kami’. Ada jawaban yang dilontarkan ‘minumlah!’. Ternyata mereka justru berguguran ke Jahanam, di saat memasuki fatamurgana itu.

Selanjutnya dikatakan pada umat Nashrani ‘apa yang dulu kalian sembah?’. Mereka berkata ‘kami dulu menyembah Al-Masih Putra Allah’. Ada jawaban yang dilontarkan ‘kalian telah bohong, Allah mutlak tak beristri dan tak berputra. Lalu apa yang kalian inginkan?’. Mereka berkata ‘kami ingin Tuhan memberi minum kami’. Ada jawaban yang dilontarkan ‘minumlah!’. Ternyata mereka berguguran (ke Jahanam), ketika memasuki fatamorgana. Hingga akhirnya tak tersisa kecuali orang yang dulu menyembah Allah yang baik maupun yang jelek. Sebuah pertanyaan dilontarkan pada mereka ‘apa yang menghalang-halangi kalian di sini?’; padahal orang-orang sudah pergi?’. Mereka berkata ‘dulu kami memang memisahi mereka, sementara di hari ini kami lebih membutuhkan Allah. Sungguh kami telah mendengar penyeru menyerukan ‘semua kaum agar bergabung pada yang dulu mereka sembah!. Sungguh kami menunggu Tuhan kami’. Akhirnya Al-Jabbar datang pada mereka untuk berfirman ‘Aku-lah Tuhan kalian’.[1] Tak lama kemudian mereka berkata ‘Engkau-lah Tuhan kami’.

Yang berani berbicara pada Allah hanya para Nabi. Allah berfirman ‘apakah ada tanda antara kalian dan Dia untuk mengenali Dia?’. Mereka berkata ‘Betis’. Akhirnya Allah menyingsingkan Betis-Nya; sontak semua orang iman bersujud pada-Nya. Yang ketinggalan bersujud hanya orang yang dulunya bersujud dengan riya’ atau pamer dan sum’ah atau ingin disebut-sebut. Mereka berusaha bersujud namun punggung mereka kembli tegak lagi bagaikan sebuah kayu-elastis. Lalu Jembatan didatangkan untuk dipasang di antara dua pung-gung Jahanam. Kami bertanya ‘ya Rasulallah, apakah Jembatan tersebut?’. Nabi bersabda ‘lincin menggelincirkan’. Di jembatan tersebut ada beberapa penyambar dan pengait dan Chasakah yang panjang dan lebar.[2] Pengait bermata tajam lumayan besar. Di kota Najed duri demikian itu disebut duri Sa’dan.

Orang iman ada yang berjalan di atas Jembatan cepat bagaikan kedipan mata. Ada yang cepat bagaikan kilat. Ada yang cepat bagaikan angin menyambar. Ada yang cepat bagaikan kuda dan kendaraan pilihan. Ada yang selamat tak terkena sambaran pengait, ada yang selamat namun tergores pengait, ada yang selamat namun akhirnya terlempar kedalam Jahanam. Akhirnya ada juga yang harus ditarik dengan paksa. Di hari itu kalian bukan yang lebih sangat memohon padaku ihwal hak yang jelas untuk kalian pada Al-Jabbar dari-pada seorang iman, demikian pula ketika mereka telah menyaksikan diri mereka selamat: yakni tentang hak mereka mengenai sudara-saudara mereka. Mereka berkata ‘wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami dulu shalat berpuasa dan beramal bersama kami’. Allah Ta’ala berfirman ‘pergilah! Orang yang di dalam hatinya kalian jumpai ada keimanannya sedinar keluarkanlah!’. Allah mengharamkan api neraka membakar wajah mereka.

Akhirnya mereka mendatangi saudara-saudara mereka di neraka yang saat itu ada yang telah terbenam hingga telapak kaki di neraka. Ada juga yang tenggelam hingga pertengahan dua betisnya. Orang-orang iman mengeluarkan saudara-saudara mereka yang mereka kenali di dalam neraka. Lalu kembali lagi menghadap Allah. Allah berfirman ‘berangkatlah!. Orang yang dalam hatinya kalian jumpai keimanan seberat dzarrah, keluarkanlah!’. Akhirnya mereka mengeluarkan saudara-saudara mereka dari neraka.” Abu Sa’id berkata, “Kalau kalian tidak mempercayaiku bacalah ‘إِنَّ اللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا – Sungguh Allah takkan menganiaya sebobot dzarrah pun. Jika berupa kebaikan Dia akan melipatkannya’. [Qs An-Nisa’ 40].

Lalu para nabi dan para malaikat dan orang-orang iman sama memberi syafa’at orang-orang iman yang di dalam neraka. Hinggga akhirnya Al-Jabbar berfirman ‘yang tersisa tinggal syafa’at-Ku’. Selanjutnya Allah menggenggam dari neraka satu gengaman untuk mengeluarkan kaum-kaum yang benar-benar telah hangus. Mereka diletakkan di sungai bernama air kehidupan yang berada di mulut-mulut surga. Selanjutnya mereka tumbuh di dua pinggirannya bagaikan biji-bijian yang tumbuh di dalam bawaan banjir. Kalian pasti pernah menyaksikan hal tersebut di sisi batu besar di sisi sebuah pohon. Yang condong ke arah mata-hari menjadi hijau; sementara yang condong ke arah teduh memutih. Mereka keluar dari kawasan tersebut dalam keadaan indah mirip sekali mutiara. Ada cap-cap yang dicap-kan di pundak-pundak mereka. Mereka pun masuk surga.

Di saat itu orang-orang surga berkata ‘mereka ini orang-orang yang dimerdekakan oleh Rahman. Rahman telah memasukkan mereka ke surga dengan tanpa amalan maupun kebaikan. Akhirnya dilontarkan perkatan ‘apa yang telah kalian saksikan dan yang semisal itu adalah hak kalian’.” [Juz 24 halaman 290].

Oleh karena itu sembahlah Allah yang telah perintah agar shalat menghadap qiblat yakni Ka’bah: “وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ – Dan berasal dari manapun kau keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil-Haram; dan di manapun kalian telah berada maka palingkanlah wajah kalian ke arahnya!.”

[1] Al-Jabbar adalah Allah yang Maha pemaksa.
[2] Chasakah dalam bahasa Jawa semacam ri kemarung atau ri pring ori.


oleh Noshikido Abde pada 11 Februari 2012 pukul 23:19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...