Senin, 27 Februari 2012

Nasihat Agama




1. Menasihati tak harus menanti sampai akhlak seperti malaikat, mendengarkan nasihat pun tak harus menanti setelah bermaksiat.


2. Sindiran dan bentakan tak selalu berarti benci, pujian sanjungan juga tak selamanya menyukai.

3. Bila menasihati harus menanti sampai diri tak miliki dosa lagi, mungkin hanya malaikat yang pantas memberi?...

4. Bila mendengarkan nasihat harus sampai bermaksiat, bukankah sudah terlalu telat?

5. Mendengarkan nasihat itu bisa melembutkan hati, dan memberi nasihat itu adalah bagian dari keberanian dan kewajiban sebagai   

    Muslim.

6. Indahnya Islam adalah bahwa penasihat tidak harus lebih baik dari yang dinasihati, justru yang lebih baik senang meminta nasihat.

7. Seharusnya memang yang menasihati tentu sudah harus melakukan hal yang diserunya, karena Allah benci perkataan yang tak 

    dilakukan.

8. Namun yang dimaksud dalam Al-Qur'an bukan menahan perkataan karena belum melakukan, tapi lakukan dan katakan, katakan dan 

    lakukan.

9. Pujian dan makian adalah nasihat yang sarat makna, yang bisa dijamah hanya oleh orang yang ikhlas hatinya.

10. Bahkan terkadang seorang mukmin bisa lebih banyak belajar dari seorang yang buruk perangainya, mencegahnya berbuat yang 

       sama.

11. Namun bila ikhlas sudah hilang, setiap doa dan nasihat akan jadi hinaan baginya, akal tertutup rapat untuk mencerna apa saja.

12. Bahkan teladan di depan mata berupa kebaikan tak dapat dilihat, yang tampak hanya kesalahan dan kealpaan, karena ia memang 

      mencarinya.

13. Obat tak selalu pahit, nasihat pun seharusnya diberikan semanis-manisnya, namun bila tak sanggup, yang harus niatnya manis.

14. Dan bila nasihat itu tak mampu merubah menjadi baik, setidaknya telah mendekatkan kebaikan, bila tidak dia pun menjadi amal baik 

      kita

Percayalah Wanita Baik2 Hanya Untuk Laki-Laki yang Baik

Sesungguhnya burung-burung itu akan bertengger bersama burung yang sama bentuknya
Sehingga setiap orang akan mencintai yang semisal dengannya Al-Bukhori rohimahullâh berkata (9/132): Musaddad mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yahya mengabarkan kepada kami dari dari ‘Ubaidillah, ia berkata: Sa’id bin Abi Sa’id mengabarkan kepadaku dari bapaknya, dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kemuliaan nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah wanita yang baik agamanya niscaya kamu beruntung.”Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim (2/1086).Makna hadits tersebut adalah bahwa dalam memilih wanita sebagai istri, manusia terbagi menjadi empat bagian:

1. Di antara mereka ada yang menyukai wanita yang memiliki agama dan berharta.
2. Ada yang menyukai wanita yang memiliki nasab mulia.
3. Ada yang menyukai wanita berwajah rupawan.
4. Dan yang menyukai wanita yang baik agamanya.Wanita yang baik agamanya adalah wanita yang bertaqwa. Dia senantiasa melaksanakan perkara-perkara yang telah Alloh Subhânahu wa Ta’âlâ wajibkan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Sebagaimana perkataan Alloh Subhanahu wa Ta’âlâ:
Sebab itu maka wanita yang sholihah, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka).” (An-Nisaa’: 34)Dia akan menjaga dirinya dan harta suaminya. Dia tidak akan keluar kecuali dengan izin suaminya, dan mengetahui hak-haknya tanpa melampaui batas.Sudah dimaklumi, meskipun dia adalah wanita yang baik agamanya, namun pastilah dia tidak akan mampu menyempurnakan tugas-tugasnya. Karena wanita adalah makhluk yang kurang akal dan agamanya.

Tetapi hal ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kesholihannya. Ini perkara yang tidak sepantasnya diabaikan.Sungguh Alloh Subhânahu wa Ta’âlâ telah menyebut-nyebut kenikmatan yang Dia anugerahkan kepada Zakaria hamba-Nya, dengan kalam-Nya Subhânahu wa Ta’“Maka Kami mengabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami memperbaiki istrinya.” (Al-Anbiyaa’: 90)Wanita yang baik agamanya akan mencintai lelaki yang baik agamanya pula

Dan wanita yang sebaliknya akan mencintai lelaki yang sebaliknya pula.Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam Sunan Abi Dawud (no. 4833) dari hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu:“Seseorang itu sesuai agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa temannya.”Di dalam Ash-Shohihain disebutkan dari hadits Abu Musa radhiyallâhu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek itu seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi yang meniup alat peniup api. Penjual minyak wangi akan memberikan minyak wangi kepadamu atau engkau akan membelinya. Sedangkan tukang besi akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang busuk darinya.”Jika demikian halnya dengan laki-laki, terlebih lagi wanita.

Karena wanita pada umumnya lebih cepat berubah dan berpindah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Kita memohon kepada Alloh Subhânahu wa Ta’âlâ ketetapan hati kita. Teman dekat itu akan mempengaruhi temannya. Oleh karena itulah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih teman yang baik.Alloh Subhânahu wa Ta’âlâ berkata
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Ketika seorang muslim baik pria atau wanita akan menikah, biasanya akan timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping, dll. Bahkan ketika dalam proses taaruf sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.

Berikut ini sekelumit apa yang bisa saya hadirkan kepada pembaca agar dapat meredam perasaan negatif dan semoga mendatangkan optimisme dalam mencari teman hidup. Semoga bermanfaat buat saya pribadi dan kaum muslimin semuanya. Saya memohon kepada Allah semoga usaha saya ini mendatangkan pahala yang tiada putus bagi saya.
Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…

1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26) Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.

2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)
Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”.
Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160) [1]
Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah itu pasti datang.

4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)

5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ ”. (Al Mu’min : 60)
Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, penurut, dan seterusnya.
Dalam berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa. Diantaranya adalah ikhlash, bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, dll. [2]

Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Diantaranya adalah berdoa pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit dunia [3], pada waktu antara adzan dan iqamah, pada waktu turun hujan, dll. [4]
Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa. Diantaranya adalah makan dan minum dari yang haram, juga makan, minum dan berpakaian dari usaha yang haram, melakukan apa yang diharamkan Allah, dan lain-lain. [5]
Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst.

Sebagian orang ketika jodohnya tidak kunjung datang maka mereka pergi ke dukun-dukun berharap agar jodohnya lancar. Sebagian orang ada juga yang menggunakan guna-guna. Cara-cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam. Perhatikan hadits-hadits berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa yang mendatangi peramal / dukun, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam”. (Hadits shahih riwayat Muslim (7/37) dan Ahmad). [6]
Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Maka janganlah kamu mendatangi dukun-dukun itu.” (Shahih riwayat Muslim juz 7 hal. 35). [7]
Telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat-jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah (hukumnya) syirik.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud (no. 3883), Ibnu Majah (no. 3530), Ahmad dan Hakim). [8]


6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (Al Baqarah : 153) Mintalah tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan terbebas dari bid’ah-bid’ah.

7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah : 5 – 6) Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah sendiri yang menegaskan dua kali dalam Surat Alam Nasyrah.

8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad : 7) Agar Allah Tabaraka wa Ta’ala menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.

9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al Hajj : 40)

10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al Baqarah : 214)
Itulah janji Allah. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah tidak / belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada Allah. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap muslim.

Jadi, kenapa ragu dengan janji Allah?

Pengertian Hadits



HADITS
 adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Ada banyak periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-hadits ada tujuh ulama yakni: Imam Bukhari, Imam Muslim, ImamAhmad, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah.
Ada macam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini.
ü  Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
o   Hadits Mutawatir
o   Hadits Ahad
§  Shahih
§  Hasan
§  Dhoif
ü  Menurut macam perawihnya
o   Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Mar’fu atau Maushul)
o   Hadits yang terputus sandanya
§  Muallaq
§  Mursal
§  Mudallas
§  Munqathi
§  Mu’dhol
ü  Hadits-hadits dhoif disebabkan oleh cact perawi
o   Maudhu’
o   Matruk
o   Mungkar
o   Mu’allal
o   Mudhthorib
o   Maqlub
o   Munqalib
o   Mudraj
o   Syadz
ü  Beberapa pengertian dalam ilmu hadits
ü  Beberapa kitab hadits yang msyur / populer
1.       Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
1.1.    Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
ü  Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera
ü  Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath’iy
ü  Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama
1.2.    Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah “zhonniy”. Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad mencadi dua macam yakni: hadits Shahih dan hadits Dhoif. Namun Imam At-Tirmidzi kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam yaitu:
1.2.1.  Hadits Shahih
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan
ü  Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
ü  Harus bersambung sanadnya
ü  Diriwayatkan oleh orang/perawi yang adil
ü  Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
ü  Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang shahih)
ü  Tidak cacat walaupun tersembunyi
1.2.2.  Hadits Hasan
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz
1.2.3.  Hadits Dhoif
Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan perawinya oleh oran yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.
2.       Menurut macam perawinya
2.1.    Hadits yang bersambung sandanya
Hadits ini adalah hadits yang bersambung sandanya hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits ini disebut hadits Marfu’ atau Maushul
2.2.    Hadits yang terputus sanadnya
1.                    Hadits Mu’allaq
Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung yaitu: hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya yang berarti termasuk hadits dhoif
2.2.2          Hadits Mursal
Disebut juga hadits yang dikirm yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi’in dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu
2.2.3          Hadits Mudallas
Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya
2.2.4          Hadits Munqathi
Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi’in
2.2.5          Hadits Mu’dhol
Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi’it dan tabi’in dari Nabi Muhammadh shallallahu ‘alaihi wa sallam atau dari sahabat tanpa menyebutkan tabi’in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut diatas adalah termasuk hadits-hadits dhoif
3           Hadits-hadits dhoif disebabkan oleh cacat perawi
3.1   Hadits Maudhu’
Yang berarti yang hilang yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits ini adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits
3.2   Hadits Matruk
Yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta
3.3   Hadits Mungkar
Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawih yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/jujur
3.4   Hadits Muallal
Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadits Muallal adalah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma’lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu’tal (hadits sakit atau cacat)
3.5   Hadits Mudhthorib
Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan
3.6   Hadits Maqlub
Artinya yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi)
3.7   Hadits Munqalib
Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah
3.8   Hadits Mudraj
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi atau lainnya
3.9   Hadits Syadz
Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihafal ulama hadits. Sedang yang banyak dihafal ulama hadits disebut juga hadits Muhfudz
4         Beberapa pengertian (istilah) dalam ilmu hadits
4.1   Muttafaq ‘alaih
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari – Muslim
4.2   As Sab’ah
As Sab’ah berari tuju perawi, yaitu:
1.       Imam Ahmad
2.       Imam Bukhari
3.       Imam Muslim
4.       Imam Abu Dawud
5.       Imam Tirmidzi
6.       Imam Nasa’i
7.       Imkam Ibnu Majah
4.3   As Sittah
Yaitu enam perawi yang disebut pada As Sab’ah, kecuali Imam Ahmad bin Hanbal
4.4   Al Khamsah
Yaitu lima perawi yang disebut pada As Sab’ah, kecuali Imam Bukhari dan Imam Muslim
4.5   Al Arba’ah
Yaitu empat perawi yang disebut pada As Sab’ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim
4.6   Ats Tsalatsah
Yaitu tiga perawi yang disebut pada As Sab’ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah
4.7   Perawi
Yaitu orang yang meriwayatkan hadits
4.8   Sanad
Sanad berarti sandaran yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadits itu atau mudawwin (orang yang menghimpun atau membukukan) hadits. Sanad biasa disebut juga dengan Isnad berarti penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama menjadi sanad hadits itu adalah perawi juga
4.9   Matan
Matan adalah isi hadits baik berupa sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihiw wa sallam, maupun berupa perbuatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diceritakan oleh sahabat atau berupa taqrinya

PENYAKIT HATI [KAGUM DIRI, MERASA POL DEWE]

    Kagum diri dapat diartikan suatu penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang lain dan merasa diri...